Apa gunanya hidup sehat pada akhirnya tetap mati juga?
Entah siapa yang mengatakan atau pernah baca di mana. Entah bercanda atau karena kepintaran.Â
Tidak salah. Ada kebenarannya. Hidup sehat tidak mungkin membuat  seseorang akan hidup abadi.Â
Bahkan ada yang hidup sehat malah mati muda dan yang merokok justru panjang umur. Inilah kehidupan dan soal takdir.Â
Namun yang terpenting adalah kita menghargai nilai kehidupan atas tubuh kita dengan cara terbaik. Salah satu pilihannya adalah dengan cara hidup sehat.Â
Kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Mahatma Gandhi berkata, "Kesehatanlah yang merupakan kekayaan sejati dan bukan kepingan emas dan perak."Â
Tentu ini juga sangat benar. Karena berapa banyak pun kepingan  emas dan perak yang dimiliki  tak menjamin kesembuhan ketika kita sakit.
Kekayaan tidak selalu  dapat menyelamatkan kita dari penyakit. Berapa kaya pun kita bila sering sakit lama-lama kekayaan yang ada bisa habis. Namun dengan kesehatan yang selalu terjaga kita bisa mencari kekayaan tiada habis-habis.Â
Jadi, tidak salah bila kesehatan merupakan harta yang harus kita jaga dengan suatu harga pula. Walaupun kesehatan takkan bernilai bila waktu kematian tiba.
Saat setiap hari menemani Papa di rumah sakit baru saya menemukan semacam pencerahan. Padahal selama ini juga pernah beberapa kali merawat istri yang sakit.Â
Sebelumnya juga pernah menemani Papa dan Mama yang harus opname di rumah sakit. Sekadar menemani saja, tak ada sesuatu yang mengusik isi kepala atau menggugah jiwa.Â
Kali ini ada sesuatu yang berbeda dan menggugah rasa. Ada pemelajaran yang sungguh berharga bagi hidup soal kesehatan ini.Â
Bayangkan, hanya satu orang yang sakit harus melibatkan banyak orang untuk ikut merasakan sakit. Karena satu orang yang sakit harus menyita begitu banyak waktu, pikiran, perasaan, dan juga pengeluaran.Â
Hal ini yang seketika menggugah pikiran dan jiwa agar saya jangan sampai mengalami hal seperti  ini. Berharap kelak tidak sampai membuat anak-anak repot atau repot sendiri gara-gara kondisi kesehatan yang tidak baik.Â
Saya sudah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana tak berdayanya di usia tua dengan tubuh yang  sakit. Yang melihat saja tak kuasa menahan air mata. Bagaimana yang mengalami sendiri?
Tak heran bila dalam kondisi seperti ini sering kali rasa putus asa melanda sehingga hadir rasa tersiksa. Betapa muram dunia dan hidup seakan tiada harga.Â
Apakah setelah mengalami sendiri terbaring takberdaya di ranjang rumah sakit baru muncul kesadaran untuk menjaga kesehatan?Â
Penyesalan memang selalu datang belakangan, yang datang lebih dahulu itu  namanya kesadaran.Â
Sayangnya kira lebih memilih menyembunyikan kesadaran, sedangkan penyesalan selalu menjadi pilihan.
Kesehatan memang tidak menjamin seseorang akan hidup abadi, tetapi kesehatan sangat berguna sebagai modal untuk menjalani hidup ini menuju abadi.
@cerminperistiwa 14 Juni 2021Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H