Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dimusuhi Geng Sendiri, Omong Kosong Apa Pula

1 Mei 2021   06:37 Diperbarui: 1 Mei 2021   12:06 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: pixabay.com, salah satu model geng musik

Teman satu geng saya yang empat orang pun ikut memusuhi saya. Jadi, sejak itu mereka tidak pernah mau lagi menegur sapa apalagi mengajak main. Kalau disindir, iya. Saya diam seribu bahasa. Bila meladeni pasti saya kalah dikeroyok. 

Sebenarnya saya tidak habis pikir juga, orang mau benar malah dimusuhi. Mungkin juga mereka tidak habis pikir teman satu  gengnya diajak bolos berani menolak. Apa tidak takut dijadikan sambal? 

Ya sudah, apa mau dikata. Tentu saya tidak harus merengek-rengek atau memohon ampun  segala. Karena saya yakin dengan apa yang saya lakukan adalah benar. Sabar saja. Hampir tiap hari saya harus menerima perisakan  silih berganti. 

Saya tidak takut? Takut juga. Karena takut jadi berani. Kalau sudah berani jadi tidak takut lagi. Seperti omong kosong ya? 

Saya sendiri berusaha bersikap biasa saja. Tidak takut dan tertekan menghadapi semua ini dan tetap belajar seperti biasa. Biarkan waktu yang akan membuktikan. Ini keyakinan saya. 

Pada waktunya memang terbukti. Mereka hanya kuat memusuhi saya sekitar tiga bulan. Padahal sudah saya siap dengan stok waktu yang lebih lama untuk dimusuhi. 

Artinya kondisi kembali normal urusan permusuhan diakhiri begitu saja tanpa perjanjian gencatan senjata. 

Lagi pula tidak perlu berpikir siapa yang menang siapa yang kalah. Keadaan damai itu sudah cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun