Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Omong Kosong Kebodohan

17 Maret 2021   21:18 Diperbarui: 17 Maret 2021   21:22 942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ini:

Sudah tahu hidup ini bukan untuk makan, tetapi  tetap saja mati-matian hidup demi makan, bukan makan demi hidup. 

Sudah tahu hidup ini bukan untuk kerja, tetapi  tetap saja mati-matian hidup demi kerja, bukan kerja demi hidup. 

Sudah tahu hidup mesti berbuat baik, tetapi tetap saja memilih lebih baik berbuat jahat. 

Sudah tahu berbuat salah itu tidak baik tetap saja sebaik-baiknya berbuat salah. 

Sudah tahu jangan membicarakan keburukan orang lain, tetapi  tetap saja menjadi bahan pembicaraan, tidak sadar keburukan  sendiri lebih banyak lagi. 

Sudah tahu lebih penting mengutamakan urusan Tuhan daripada  uang, tetapi tetap ada saja pembenaran untuk lebih mementingkan uang daripada Tuhan. 

Sudah tahu hidup ini semestinya bermanfaat untuk orang lain agar bermakna, tetapi tetap saja memanfaatkan orang lain sebagai tipu daya. 

Sudah tahu kemarahan itu tidak baik dan bisa jadi masalah, tetapi tetap saja memilih marah-marah sebagai cara terbaik menyelesaikan masalah. 

Akan marah bila ada yang mengatakan bodoh, tetapi malah sering melakukan  hal bodoh sambil tertawa. 

Sering merasa pintar, tetapi kehilangan rasa mengakui diri ini masih penuh dengan kebodohan. 

Bekerja keras mati-matian setiap hari demi impian menikmati hidup di kemudian hari, tetapi lupa hari ini adalah paling indah untuk menikmati hidup.

@refleksihati 17 Maret 2021 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun