Demi kompasiana beliau berdua bukan hanya banyak berkorban waktu, pikiran, materi, juga hobi lain. Melampaui apa yang seharusnya diberikan.
Misalnya Bu Lina sampai rela meninggalkan hobi menonton drakor. Padahal itu mengasyikkan. Kadang menghanyutkan membuat beliau serasa muda kembali.
Bagaimana tidak? Bu Lina sampai rela tidak menonton drakor lagi. Tahu sendiri fenomena drakor dengan bintang-bintang cantik dan ganteng pasti membuat beliau bernostalgia membayangkan dirinya yang cantik di masa lalu dan Pak Tjipta gantengnya pasti melebihi bintang drakor mana pun. Bagi Bu Lina.
Namun Bu Lina masih lebih rela memilih ber-Kompasiana, walau tidak semua kompasianer seganteng saya. Ralat. Tidak seganteng bintang drakor.
Jadi, saya berani mengatakan, untuk ajang Kompasiana Awards tahun ini beliau berdua layak menerima penghargaan Lifetime Achievment. Berlebihan?Untuk kompasianer, saya yakin tidak.
Bukan hanya itu saja menurut saya. Yang lebih utama dan terpenting adalah bukan hanya melalui tulisan beliau berdua memberikan inspirasi, tetapi secara nyata menunjukkan hal ini. Kalau kita yang pernah bertemu pasti tidak akan meragukan.
Buku karya bersama kompasianer "150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi" adalah bukti nyata bahwa sosok Pak Tjipta dan Bu Lina begitu berkesan dan istimewa untuk ditulis. Seakan tiada habis.
Kenyataannya jumlah tulisan yang masuk melebihi kuota. Bahkan ada yang sampai ketinggalan kereta. Bisa bayangkan 150 Kompasianer sukarela menulis tentang sosok beliau berdua tanpa kehabisan kata.
Bandingkan kalau menulis tentang kompasianer Katedrarajawen, pasti akan berpikir seribu kali. Bingung apa yang istimewa untuk ditulis.
Ada sih yang istimewa dan paling tidak buat penghiburan. Katedrarajawen kompasianer senior, tulisannya sudah banyak, tetapi kebanyakan omong kosong. Itu saja.
Salam