Katedrarajawen _Tak perlu ragu omongan saya kali ini bukan omong kosong. Bila saya mengatakan bahwa Pak Tjiptadinata Effendi bersama Bu Roselina Effendi adalah pasangan kompasianer paling fenomenal dan istimewa. Saya siap pasang badan untuk hal ini.
Mau bicara data? Lebih baik silahkan lihat saja faktanya sendiri. Bukan omong kosong. Nongkrong saja di Kompasiana 24 jam, sepanjang hari. Sepekan, sebulan sampai sepanjang tahun. Asal betah.
![Dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/03/02/img-20210301-213613-603d816dd541df3e6533c4b2.jpg?t=o&v=770)
Setahun bisa dua kali. Minimal sekali. Ini terjadi selama beliau berdua jadi kompasianer. Ada kompasianer lain yang bisa melakukan?
Tidak. Kompasiana ibarat sudah jadi rumah, keluarga, dan kebersamaan dalam segala perbedaan.
Faktanya? Saya adalah saksi mata karena selalu diundang. Lihat saja setiap postingan Pak Tjipta soal kopdar dengan kompasianer tampang saya selalu ada. Bukan buat apa-apa. Ini fakta. Bukan kebetulan.
Seingat saya buku terbaru karya kompasianer "150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi" adalah yang kedua kali.
Yang pertama bukan kebetulan juga saya ada ikut menulis. Buku berjudul "Sehangat Mentari Pagi". Puluhan kompasianer berpartisipasi menulis tentang sosok Pak Tjipta secara spesial.
Untuk buku kedua ini memang lebih istimewa. Bisa dibilang sebagai kado ulang tahun perkawinan Pak Tjipta dan Bu Lina yang ke~56 pada 2021 ini. Tentu setiap kompasianer merasa istimewa dapat menyumbangkan tulisannya dalam buku ini. Pasti akan menjadi kenangan terindah sepanjang hidup.
Seperti di awal saya katakan bahwa Pak Tjipta dan Bu Lina adalah kompasianer yang istimewa dan fenomenal. Walau saya suka omong kosong, untuk hal ini bukan omong kosong.
Bila ada yang meragukan saya berani mendebat. Walau untuk hal lain saya tidak suka berdebat.
Demi kompasiana beliau berdua bukan hanya banyak berkorban waktu, pikiran, materi, juga hobi lain. Melampaui apa yang seharusnya diberikan.
Misalnya Bu Lina sampai rela meninggalkan hobi menonton drakor. Padahal itu mengasyikkan. Kadang menghanyutkan membuat beliau serasa muda kembali.
Bagaimana tidak? Bu Lina sampai rela tidak menonton drakor lagi. Tahu sendiri fenomena drakor dengan bintang-bintang cantik dan ganteng pasti membuat beliau bernostalgia membayangkan dirinya yang cantik di masa lalu dan Pak Tjipta gantengnya pasti melebihi bintang drakor mana pun. Bagi Bu Lina.
Namun Bu Lina masih lebih rela memilih ber-Kompasiana, walau tidak semua kompasianer seganteng saya. Ralat. Tidak seganteng bintang drakor.
Jadi, saya berani mengatakan, untuk ajang Kompasiana Awards tahun ini beliau berdua layak menerima penghargaan Lifetime Achievment. Berlebihan?Untuk kompasianer, saya yakin tidak.
Bukan hanya itu saja menurut saya. Yang lebih utama dan terpenting adalah bukan hanya melalui tulisan beliau berdua memberikan inspirasi, tetapi secara nyata menunjukkan hal ini. Kalau kita yang pernah bertemu pasti tidak akan meragukan.
Buku karya bersama kompasianer "150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi" adalah bukti nyata bahwa sosok Pak Tjipta dan Bu Lina begitu berkesan dan istimewa untuk ditulis. Seakan tiada habis.
Kenyataannya jumlah tulisan yang masuk melebihi kuota. Bahkan ada yang sampai ketinggalan kereta. Bisa bayangkan 150 Kompasianer sukarela menulis tentang sosok beliau berdua tanpa kehabisan kata.
Bandingkan kalau menulis tentang kompasianer Katedrarajawen, pasti akan berpikir seribu kali. Bingung apa yang istimewa untuk ditulis.
Ada sih yang istimewa dan paling tidak buat penghiburan. Katedrarajawen kompasianer senior, tulisannya sudah banyak, tetapi kebanyakan omong kosong. Itu saja.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI