Tidak heran saya sering menemukan bekas bungkus permen di sela-sela sofa. Jangan-jangan bukan hanya anak-anak yang membuang di situ ya?Â
Mungkin sebagian orangtua atau orang dewasa yang melihat tak akan peduli dengan perilaku anak-anak ini. Mereka akan memaklumi. Namanya juga anak-anak.Â
Nah, ini! Menurut saya justru masih anak-anak semestinya mengajarkan hal yang benar bukan membiarkan anak-anak melakukan kesalahan. Yang kelak akan berpikir melakukan kesalahan itu tidak apa-apa.Â
Ternyata mengajarkan hal yang baik pada anak-anak pun tidak mudah. Untuk mengajarkan anak membuang bungkus bekas  permen mesti memerlukan waktu sampai tahunan. Alasannya selalu lupa dan lupa.Â
Pertama, ketika ia membuang bekas bungkus permen itu akan saya pungut, lantas saya memberikan contoh membuang sampah itu ke tempatnya. Tetap masih sering lupa.Â
Kedua, kalau menemukan ia membuang bekas bungkus permen sembarangan lagi, langsung saya suruh pungut lagi dan buang sendiri ke tempat sampah. Begitu secara terus-menerus karena tidak cukup sekali dua kali.Â
Anak-anak memang perlu terus diajari agar kelak tidak disebut sebagai anak yang kurang ajar. Karena kalau itu terjadi sebagai orangtua pasti akan merasa kena hajar. Tertampar.Â
Repot sekali ya hanya gara-gara bekas bungkus permen? Namun dapat menghasilkan pembelajaran hidup yang berharga. Itu Kalau kita mau belajar. Ini saya masih mau terus belajar juga karena masih banyak kurang ajar bukan sudah pintar.Â
@cerminperistiwa 05.01.21Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H