Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seperti Hantu, Depresi Tidaklah Menakutkan

13 Oktober 2020   19:28 Diperbarui: 26 November 2020   17:11 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Katedrarajawen _"Bisa sembuh gak sih?" 

Itulah yang kerap kali istri saya tanyakan dengan suara lemah sambil bersender di bahu saya. 

Jawaban saya selalu sama. Tak berubah. 

"Pasti bisa sembuh! Buat apa kita percaya Tuhan, kalau tidak percaya Tuhan bisa sembuhkan."

Tentunya melalui usaha dan doa penuh keyakinan. Semua masalah pasti bisa teratasi. Tentunya disertai dengan kesabaran pula. 

Saat itu istri mengalami depresi. Karena kondisi ekonomi. Biasanya jualan pakaian di pasar, tiba-tiba harus berhenti, karena takbisa melanjutkan kontrak kios. Hari-hari yang biasa ramai di pasar, jadi sepi di rumah. 

Ditambah persoalannya hidup lainnya yang semakin menjadi beban. Timbul banyak pikiran. 

Sejak itu istri mengalami sulit tidur. Dikira biasa, tetapi makin lama jadi tak biasa. Kondisi makin melemah. Mata semakin sayu. Kadang tak sadar berteriak. Memang belum sampai tertawa sendiri. 

Berhari-hari tetap tidak bisa tidur. Bahkan sudah mencoba minum obat tidur yang paling keras  pun tak ada efeknya. 

Tentu saja saya selalu menyemangati dan mengingatkan untuk terus berdoa. Membantu pula dengan terapi yang saya kuasai. 

Ternyata usaha ini belum membawa hasil. Lalu mencoba dengan hipnoterapi. Sekadar konsultasi, masih diberi gratis. Banyak hal dijelaskan. Intinya memang harus rutin konsultasi bila mau ada kesembuhan. 

Karena biayanya yang lumayan, akhirnya kami putuskan untuk ke psikiater saja dengan fasilitas BPJS Kesehatan. 

Psikiater mengatakan membutuhkan waktu sekitar 4 bulan untuk penyembuhan  dengan setiap bulan rutin  konsultasi. 

Ternyata setelah konsumsi obat yang diberikan selama seminggu tidak ada perubahan. Rasa khawatir semakin tinggi. 

Kami hendak konsultasi kembali. Di sinilah terjadi masalah. Bagian pendaftaran tidak mau melayani, karena waktu kontrolnya masih lama. Terjadi sedikit debat dan juga perasaan dipersulit. 

Dengan berbagai cara, akhirnya bisa  diterima juga untuk mendaftar setelah menanyakan ke psikiater yang menangani. Menurutnya kalau  obatnya tidak cocok memang harus segera konsultasi lagi. 

Ya, memang harus sabar bila berobat dengan fasilitas BPJS. Begitu pula menghadapi orang yang sedang depresi. 

Selama  berobat, kami tidak pernah berhenti berdoa. Saya pun tiada berhenti meyakinkan, pasti ada kesembuhan. Yang penting mau berusaha. 

Setelah dua minggu konsumsi obat, istri malah memutuskan untuk berhenti minum obat lagi. 

Padahal waktu konsultasi ke psikiater itu, malah ada pasien yang sudah 3 tahun masih rutin berobat. 

Tiba-tiba istri  timbul keyakinan diri yang begitu kuat untuk sembuh tidak dengan mengandalkan obat lagi.  Karena istri sudah yakin, saya hanya bisa mendukung menjalani. 

Dari pengalaman  kami ini saya ingin memberikan beberapa catatan, bahwa:

Pertama, bila ada orang dekat yang mengalami depresi, ia membutuhkan orang  yang mau menerima apa adanya dan sabar melayani. 

Jangan menambah yang mengalami depresi dengan sikap kita yang terus menyalahkan. Percayalah, depresi sama seperti hantu, tidak menakutkan. Bila dengan penanganan tepat akan berlalu sendiri. 

Kedua, dengan berdoa dan percaya Tuhan pasti ada kesembuhan, tetapi juga perlu berobat ke yang ahlinya. Kita tidak bisa sok pintar, padahal tidak mengerti. Ketika kita pergi ke yang ahli, akan menemukan solusi secara keilmuan. 

Ketiga, dalam hal depresi psikiater memang bisa membantu kesembuhan. Namun kuncinya ada pada keyakinan diri. Ada tekad kuat untuk sembuh. Percaya diri bisa mengatasi. Bila tidak ada, masuk Rumah Sakit Jiwa adalah menjadi pilihan. 

Kita tidak tahu hidup kita akan bagaimana kondisi ke depan, tetapi kita bisa memastikan dengan hidup sebaik-baiknya hari ini. 

Menjaga kondisi pikiran yang positif. Bahwa hidup memang tidak lepas dari masalah dan itu harus dihadapi.

Namun selalu percaya setiap masalah itu pasti ada kunci penyelesaiannya. Paling tidak hal ini dapat menghindarkan diri kita dari depresi dan menjadi penghuni RSJ. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun