Anak-anak akan mengerti sopan santun dalam tutur kata dan perilaku. Sejak kecil bisa belajar membedakan baik dan buruk. Tentu saja dengan bahasa yang sederhana.Â
Pelajaran tentang budi tidak boleh  hilang dan ada kata usang. Ini harus ada sepanjang zaman, karena merupakan warisan kehidupan yang tak ternilai.Â
Kemajuan teknologi boleh tinggi, tetapi budi juga semestinya semakin tinggi. Teknologi tidak boleh mengubur budi anak-anak.Â
Apalah arti, bila pencapaian  zaman begitu maju, namun manusia mengalami kemunduran budi. Anak-anak tidak mengerti berbudi.Â
Teknologi hanya akan menjadi alat yang bukan hanya memermudah hidup manusia, tetapi memerbudak. Bukankah ini berbahaya?Â
Tentang siapa ibu dan bapak Budi, biar tidak menjadi penasaran, sebenarnya bisa pintar-pintar menjelaskan.Â
Ibu Budi adalah bumi. Bapak Budi adalah langit. Bumi mewakili kerendahan hati, sabar, bersedia menerima perlakuan yang tidak baik.Â
Langit adalah mewakili keadilan, tidak pilih kasih, Â kemegahan, tetapi tidak sombong.Â
Sejatinya guru-guru dan kita sebagai orangtua bisa kreatif dan inovatif membaca simbol-simbol kebaikan. Menjelaskan secara sederhana, sehingga tertanam mengakar dalam setiap diri anak-anak.Â
Melihat perilaku anak-anak sekarang dalam kemajuan teknologi kepintaran seakan menjadi yang utama. Budi terlupakan.Â
Ada kerinduan, para guru mengajar membaca "Ini Budi" kembali dalam keteladanannya. Melihat anak-anak  penerus bangsa yang tak ketinggalan menjadi pribadi yang berbudi.Â