Masalahnya saya tidak menerima pesan itu. Berulang kali saya cek Hp. Tidak ada pesan masuk  yang bos maksud.Â
Teman kerja yang menurut bos juga ia kirimi pesan, ternyata juga tidak menerima. Tentu saja saya mengatakan yang sebenarnya.Â
Ya sudah. Ternyata belum selesai. Keesokan bos telepon, lagi membahas masalah ini dengan judul marah-marah dan menyalahkan saya. Judul yang saya pakai juga tetap sama, tidak pernah menerima pesan itu.Â
Selama 4 hari berturut-turut bos belum puas juga membahas masalah ini. Masih saja selalu membahas.Â
Kesabaran saya habis juga, akhirnya dengan tegas saya berkata,"Pak, saya ingatkan. Ini bapak sudah empat kali membahas masalah ini. Saya sudah katakan juga tidak pernah menerima pesan yang bapak maksudkan."
Seperti yang sudah saya tulis di atas, bos langsung bereaksi dan jujur mengakui kenyataan.Â
"Ya, sudah. Kamu yang benar. Saya yang salah!" suaranya keras. Tanda dalam amarah.Â
Ya, untung cuma marah besar. Tidak sampai pingsan atau jantungan punya anak buah model saya.Â
@catatanringanÂ
BERSAMBUNGÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H