Jangan biarkan pula bos hidup merasa paling benar, sehingga berhak menganggap anak buahnya yang selalu salah.Â
Jangan biarpun mentang-mentang atasan, sehingga merasa berhak menginjak-injak bawahannya.Â
Bos yang baik pasti tidak akan merasa dirinya selalu benar dan arogan, sehingga mau dan terbuka menerima ide dari bawahannya.Â
Dalam hal bos tidak selalu benar, biar tidak dianggap sekadar omong kosong, izinkan saya untuk sedikit berbagi cerita. Terbukti gara-gara harus memegang prinsip bos tidak selalu benar ini, jadi sering 'berantam' dengan bos.Â
Gara-gara saya ngeyel, bos sampai harus berkata,"Ya, sudah. Kamu yang benar. Saya yang salah!"Â
Setelah itu  seminggu saya tidak diajak bicara atau ditelepon. Saya justru senang dan bersyukur. Bebas. Tidak 'diganggu' bos lagi.Â
Apa masalahnya sampai seheboh itu?Â
Menurut bos, ia sudah memerintahkan saya melalui SMS. Saat itu posisi bos berada di kantor, Jakarta. Saya berada di pabrik, suatu daerah di Jawa Barat.Â
Perintahnya, agar alat berat yang sedang berada di penambangan batu segera diturunkan ke pabrik.Â
Yang jadi masalah tiba-tiba terjadi longsor di sekitar alat berat itu berada, akibatnya alat berat tersebut tidak bisa turun.Â
Bos marah besar. Ia menganggap saya melalaikan perintahnya. Akibatnya alat berat itu jadi menganggur di gunung. Rugi bandar.Â