Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bertobat karena Pinjaman Daring

9 Agustus 2020   07:59 Diperbarui: 9 Agustus 2020   15:27 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar :Canva /katedrarajawen


Katedrarajawen _Godaan untuk berutang tak terhindarkan, karena sekarang bisa begitu mudah mendapatkannya. Yaitu penawaran pinjaman secara daring. Tidak hanya mudah, tetapi banyak pula. 

Biasanya tanpa pikir panjang lagi, satu demi satu penawaran diambil. Dapat pinjaman, puaskan berbelanja, secara daring juga. 

Pinjaman yang yang didapat bukan untuk kepentingan yang benar-benar penting dan mendesak. 

Itulah yang terjadi pada seorang teman. Utang menumpuk. Lama-lama baru terasa begitu berat. Utang yang jatuh tempo seakan tak ada habisnya. Untuk menutupi terpaksa pinjam lagi. 

Hidup terasa semakin sesak. Hari-hari kebanyakan memikirkan tagihan tiada berhenti. Stres dan hampir putus asa. 

Menyesal dan menyesal. Ceritanya mau bertobat. Tidak mau lagi berhubungan dengan segala macam pinjaman daring. Tentu saja setelah membayar lunas semua pinjaman itu. 

Berat, katanya, setiap ada utang yang jatuh tempo pusing 7 keliling. Rasanya ingin segera terbang ke langit ke tujuh. 

Ia minta saya mendoakan, padahal dia tahu saya ini ustaz bukan, pendeta juga bukan. Pasti dia juga tahu saya juga bukan biksu. 

Jelas, pastinya saya bisa berdoa. Ia selalu minta saya mendoakan, agar ia bisa melunasi semua utang dan tidak akan mengulangi lagi. 

Tentu juga berharap setiap kali ada utang yang jatuh tempo bisa membayar. Duit dari mana, untuk kebutuhan di depan mata saja banyak? 

Apa daya, saya pun berupaya berdoa untuknya, apalagi kondisi saat ini kantor tempatnya bekerja tutup sementara. 

Otomatis tidak lagi menerima gaji. Usaha kecil-kecil jual makanan dan minuman juga sepi. Tutup atau terus jalan. Saya masih salut, ia masih memikirkan karyawannya, kalau harus tutup. 

Tentu doa saja tidak cukup. Saya tambahkan bonus dengan menceramahinya. Beruntung, kan? 

"Bertobat itu harus konsisten. Apapun yang terjadi jangan sampai pinjam lagi. Doa terus tanpa putus, agar Tuhan membuka jalan. Jangan pernah ragu, kalau memang sudah bertobat, pasti Tuhan membantu.

Seringkali yang terjadi, Tuhan membantu dengan cara yang tak terpikirkan."

Tidak bosan-bosannya saya berkata seperti itu. 

"Bena juga ya." begitulah pengakuannya, sebab sampai saat ia masih bisa membayar cicilan, walau dalam kondisi sulit saat ini. 

Ia berkata,"Beruntung, saya bertemu kamu."

"Bukan beruntung bertemu saya, tetapi untung kamu masih ingat Tuhan dan bertobat."

Itulah jawaban saya. 

@cerminperistiwa 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun