Katedrarajawen _Godaan untuk berutang tak terhindarkan, karena sekarang bisa begitu mudah mendapatkannya. Yaitu penawaran pinjaman secara daring. Tidak hanya mudah, tetapi banyak pula.Â
Biasanya tanpa pikir panjang lagi, satu demi satu penawaran diambil. Dapat pinjaman, puaskan berbelanja, secara daring juga.Â
Pinjaman yang yang didapat bukan untuk kepentingan yang benar-benar penting dan mendesak.Â
Itulah yang terjadi pada seorang teman. Utang menumpuk. Lama-lama baru terasa begitu berat. Utang yang jatuh tempo seakan tak ada habisnya. Untuk menutupi terpaksa pinjam lagi.Â
Hidup terasa semakin sesak. Hari-hari kebanyakan memikirkan tagihan tiada berhenti. Stres dan hampir putus asa.Â
Menyesal dan menyesal. Ceritanya mau bertobat. Tidak mau lagi berhubungan dengan segala macam pinjaman daring. Tentu saja setelah membayar lunas semua pinjaman itu.Â
Berat, katanya, setiap ada utang yang jatuh tempo pusing 7 keliling. Rasanya ingin segera terbang ke langit ke tujuh.Â
Ia minta saya mendoakan, padahal dia tahu saya ini ustaz bukan, pendeta juga bukan. Pasti dia juga tahu saya juga bukan biksu.Â
Jelas, pastinya saya bisa berdoa. Ia selalu minta saya mendoakan, agar ia bisa melunasi semua utang dan tidak akan mengulangi lagi.Â
Tentu juga berharap setiap kali ada utang yang jatuh tempo bisa membayar. Duit dari mana, untuk kebutuhan di depan mata saja banyak?Â
Apa daya, saya pun berupaya berdoa untuknya, apalagi kondisi saat ini kantor tempatnya bekerja tutup sementara.Â
Otomatis tidak lagi menerima gaji. Usaha kecil-kecil jual makanan dan minuman juga sepi. Tutup atau terus jalan. Saya masih salut, ia masih memikirkan karyawannya, kalau harus tutup.Â
Tentu doa saja tidak cukup. Saya tambahkan bonus dengan menceramahinya. Beruntung, kan?Â
"Bertobat itu harus konsisten. Apapun yang terjadi jangan sampai pinjam lagi. Doa terus tanpa putus, agar Tuhan membuka jalan. Jangan pernah ragu, kalau memang sudah bertobat, pasti Tuhan membantu.
Seringkali yang terjadi, Tuhan membantu dengan cara yang tak terpikirkan."
Tidak bosan-bosannya saya berkata seperti itu.Â
"Bena juga ya." begitulah pengakuannya, sebab sampai saat ia masih bisa membayar cicilan, walau dalam kondisi sulit saat ini.Â
Ia berkata,"Beruntung, saya bertemu kamu."
"Bukan beruntung bertemu saya, tetapi untung kamu masih ingat Tuhan dan bertobat."
Itulah jawaban saya.Â
@cerminperistiwaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H