Katedrarajawen _"Tega nian." teriak saya. Walau itu di dalam hati teriakan itu. Jadi tidak usah heboh. Tidak akan terdengar oleh siapa-siapa. Jangan sampai bocor ke Pengelola Kompasiana.Â
Ini hanya spontanitas, ketika membaca komentar Pak Tjiptadinata Effendi, kompasianer senior yang paling setia di dunia. Komentarnya ada  DI SINI.
Saya pikir juga komentar beliau yang tertulis hanyalah spontanitas. Tidak ada maksud mengadu atau mengeluh soal kondisinya. Menurut saya sekadar bercanda. Tidak lebih.Â
Masalahnya spontanitas itu biasanya menggambarkan sebuah kejujuran.Â
Jujur, saya terhenyak membaca dan mengetahui mulai 2020 ini Pak Tjipta semua artikel yang ditulis sepenuh jiwa, raga dan paket data terkena lockdown jadi Artikel Utama oleh pihak Kompasiana.
Otak saya yang kecil ini sampai tak habis pikir, sebab sebelumnya tulisan beliau menjadi langganan AU. Kok bisa, waktu itu saya tidak habis pikir juga.Â
Apa karena tulisan beliau sekarang mengandung Virus Corona atau Covid-19 ?Â
Apabila tulisan si Katedrarajawen tidak pernah masuk jadi Artikel Utama, itu hal yang wajar. Ibarat uang itu cuma tulisan recehan. Tidak bermutu. Wajar. Tidak mungkin akan ada yang mau protes.Â
Saya perhatikan, sejak zaman purbakala di Kompasiana, biasanya tulisan kompasianer luar negeri itu bisa dengan mudah melenggang masuk AU. Ada semacam prioritas, karena menulis sesuatu yang tidak bisa ditulis kompasianer lokal.Â
Mengapa tulisan Pak Tjipta seakan tak lagi menjadi perhatian. Ada apa ini sebenarnya? Padahal kesetiaan dan kecintaan beliau tak diragukan lagi. Boleh dibelah, pasti ada tulisan 'Kompasiana'.
Kecintaan beliau sudah merasuk sampai ke tulang sumsum dan terbawa mimpi. Mengigau pun, menyebut kompasiana. Untung masih memanggil nama sang istri Roselina, bukan Kompasiana.Â
Saya tahu pasti, ketika setiap tahun Pak Tjipta ke Indonesia selalu mengundang kompasianer yang berkenan hadir untuk bersilaturahmi sambil makan siang.Â
Bukan hanya untuk kompasianer Jakarta, tetapi di berbagai kota. Sekian tahun saya selalu usahakan hadir. Tahun depan pun beliau sudah ada rencana untuk mengadakan acara yang lebih meriah dengan para kompasianer.Â
Bayangkan sendiri, berapa besar kecintaan pak Tjipta kepada kompasiana. Atas kecintaan itu, walau secara finansial merugi. Namun ini bukan urusan untung dan rugi.Â
Apakah hal ini, sama sekali tidak membukakan  mata dan hati pengelola kompasiana?Â
Saya perhatikan terhadap beberapa kompasianer yang jarang-jarang hadir pun, Admin selalu memberikan perhatian khusus. Artikel selalu masuk kolom Artikel Utama.Â
Apa ini masalah kualitas artikel? Apa ukurannya? Toh, sebelumnya tulisan beliau sudah sering jadi Artikel Utama.Â
Sekarang ada istilah New Normal, kalau boleh iseng, saya malah mau mengusulkan Bapak Tjiptadinata Effendi menjadi 'New Bapak Kompasiana', setelah Bapak Kompasiana kita, Bapak Prayitno Ramelan sangat jarang hadir lagi.Â
Maaf, hanya tulisan spontanitas, karena kecintaan pula pada kompasiana.Â
@catatanringan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H