Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Belajar Jadi Manusia

31 Juli 2020   08:43 Diperbarui: 28 Agustus 2020   10:34 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Katedrarajawen     _
Belajar pintar jadi manusia, bukan jadi manusia pintar, itulah keutamaan manusia. Ketika kepintaran yang menguasai, seringkali lupa menjadi manusia. 

Sibuk belajar kepintaran dunia, mengabaikan belajar jadi manusia. Bukankah ini tak semestinya terjadi? Apakah kepintaran lebih berharga daripada belajar menjadi manusia yang berkebajikan? 

Sesungguhnya bila sudah belajar pintar jadi manusia, kepintaran dunia akan mudah menguasainya. Sebaliknya ketika sudah menjadi manusia pintar,  susah untuk belajar jadi manusia.

Sejatinya manusia wajib belajar  dasar-dasar menjadi   manusia. Belajar memiliki cinta kasih, jiwa satria, sopan-santun, kebijaksanaan dan dapat dipercaya. Ini yang dasar sekali. 

Apakah sudah memiliki? 

Apalagi? Belajar berbakti, tahu malu, setia, jujur, rendah hati dan kesusilaan. Sejatinya menjadi manusia wajib memiliki. Karakter diri yang jauh bernilai dari kepintaran. 

Belajar jadi manusia tentang kebenaran dan kebaikan tidak akan ketinggalan zaman. Perubahan boleh terjadi, belajar menjadi manusia yang berkarakter tak boleh berhenti sama sekali. 

Manusia memang perlu belajar menjadi dirinya sendiri yang  sejati. Sejatinya manusia perlu memiliki dasar-dasar kebaikan menjadi manusia, hingga layak disebut manusia dalam hidup ini. 

Selagi masih merasa diri ini manusia, memang sepantasnya belajar jadi manusia. Bukan belajar menjadi aneh-aneh dan tak berguna, hingga  tak pantas sebagai manusia. 

Jangan sampai kelak tak punya muka untuk menghadap Sang Pemilik Semesta.  Selagi kesadaran masih tersisa, ada ruang untuk memahami. Waktu masih tersedia, kesempatan ada. Belajar, pilihan yang tak dapat ditawar lagi. 

@refleksihati 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun