Katedrarajawen   _Belajar pintar jadi manusia, bukan jadi manusia pintar, itulah keutamaan manusia. Ketika kepintaran yang menguasai, seringkali lupa menjadi manusia.Â
Sibuk belajar kepintaran dunia, mengabaikan belajar jadi manusia. Bukankah ini tak semestinya terjadi? Apakah kepintaran lebih berharga daripada belajar menjadi manusia yang berkebajikan?Â
Sesungguhnya bila sudah belajar pintar jadi manusia, kepintaran dunia akan mudah menguasainya. Sebaliknya ketika sudah menjadi manusia pintar, Â susah untuk belajar jadi manusia.
Sejatinya manusia wajib belajar  dasar-dasar menjadi  manusia. Belajar memiliki cinta kasih, jiwa satria, sopan-santun, kebijaksanaan dan dapat dipercaya. Ini yang dasar sekali.Â
Apakah sudah memiliki?Â
Apalagi? Belajar berbakti, tahu malu, setia, jujur, rendah hati dan kesusilaan. Sejatinya menjadi manusia wajib memiliki. Karakter diri yang jauh bernilai dari kepintaran.Â
Belajar jadi manusia tentang kebenaran dan kebaikan tidak akan ketinggalan zaman. Perubahan boleh terjadi, belajar menjadi manusia yang berkarakter tak boleh berhenti sama sekali.Â
Manusia memang perlu belajar menjadi dirinya sendiri yang  sejati. Sejatinya manusia perlu memiliki dasar-dasar kebaikan menjadi manusia, hingga layak disebut manusia dalam hidup ini.Â
Selagi masih merasa diri ini manusia, memang sepantasnya belajar jadi manusia. Bukan belajar menjadi aneh-aneh dan tak berguna, hingga  tak pantas sebagai manusia.Â
Jangan sampai kelak tak punya muka untuk menghadap Sang Pemilik Semesta. Selagi kesadaran masih tersisa, ada ruang untuk memahami. Waktu masih tersedia, kesempatan ada. Belajar, pilihan yang tak dapat ditawar lagi.Â
@refleksihatiÂ