Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Emosi yang Pemarah

27 Juli 2020   20:47 Diperbarui: 27 Juli 2020   22:32 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : Canva.com/gambar asli: beautynesia.id


Katedrarajawen  _Emosi masih juga tak mengerti. Mengapa sampai hari ini, orang-orang masih belum memahami dirinya. 

Siapakah emosi? Alangkah baiknya menyembunyikan identitasnya secara terbuka di awal cerita. Biarlah sementara ia merasa damai dalam perasaannya. 

Emosi sudah terlalu menanggung beban berat selama keberadaannya. Ia sebenarnya sosok yang sederhana. 

Apa adanya. Namanya pun hanya satu kata. Namun hidupnya mengalami banyak perundungan. Kesedihan dan kekecewaan sudah menggunung. 

Bukan hanya oleh mereka yang tidak tahu tentang tata kata kehidupan. Mereka yang terpelajar dan religius pun melakukannya. Berulang kesalahan itu terjadi. Entah dosa apa Emosi ini. 

Emosi, dalam kesehariannya bila berbicara memang agak keras dan meledak-ledak. Itu sudah karakternya. Itu semua hanya ungkapan rasa yang cepat berlalu. 

Anehnya, Emosi dianggap pemarah. Hidupnya hanya urusan marah dan marah. Baru satu kata meluncur dari bibir, mereka sudah berkata,"Dasar pemarah, kau!" 

Sesungguhnya, Emosi punya perasaan suka, bergembira, tersenyum bahagia. Bisa punya rasa takut dan jengkel. Ada perasaan  cinta. 

Sayang cap pemarah sudah terlalu melekat di dalam dirinya.  Emosi ya, begitu. 

Ia sudah berusaha menjelaskan, tetap hanya dianggap angin lalu. Penjelasan Emosi tak mengubah pendirian mereka tentang dirinya. 

Ketika ia menampilkan sifat positifnya, itu dinilai sebagai pencitraan. Mencari panggung. Sekadar menutupi sisi negatifnya. 

Emosi sudah terluka. Mengapa orang-orang begitu mudah menghakiminya. Merasa mereka paling benar hanya berdasarkan pengertian sendiri. 

Mengapa tidak mau berusaha mencari kebenaran yang sesungguhnya tentang Emosi.  Tidak susah sebenarnya. 

Mereka yang merasa benar itu tak peduli lagi dengan kesalahannya sendiri. Emosi pun hanya bisa pasrah menerima kenyataan ini. 

Ia hanya bisa berdoa, agar pintu hati mereka yang bersalah segera terbuka. 

Berharap mereka tidak lagi menganggap adalah kebenaran bahwa Emosi itu sebagai pemarah. 

Akhirnya Emosi juga hanya dapat menghibur dirinya. Aku hanyalah sebuah kata. Apalah arti sebuah kata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun