Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Induk Ular Mengajarkan Anaknya Berjalan Lurus

16 Juli 2020   10:34 Diperbarui: 16 Juli 2020   13:53 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar :Canva /katedrarajawen


Katedrarajawen _Melihat anaknya berjalan selalu meliuk-liuk, induk ular sudah tak tahan kesalnya. Tidak nyaman ia melihat cara jalan anak-anaknya.

Si induk ular lalu memanggil semua anaknya dan mengultimatum,"Mulai hari ini kalian harus berjalan dengan lurus!"

Anak-anak ular saling berpandangan. Mau tertawa   takut  emaknya  marah. Tidak menghargai emak. 

Salah satunya memberanikan diri dan berkata,"Mak, kami dari kecil sudah jalan seperti ini. Meliuk ke sana-sini. Kami tidak tahu caranya berjalan lurus. Cobalah emak ajari kami."

Si induk ular semakin kesal. Karena merasa dibantah. Ia ingin menunjukkan cara berjalan lurus kepada anak-anaknya. 

"Begini caranya. Kalian perhatikan baik-baik. Begini mudah saja tak bisa." 

Berjalanlah si induk ular dengan percaya dirinya.  

Melihat yang terjadi. Anak-anak ular  menjadi tambah bingung.  Mereka saling menengok penuh tanya.  Apanya yang lurus?

"Maaf, Mak. Kami sudah lihat sendiri. Cara emak berjalan sama yang dengan kami, karena kami juga belajar dari emak sejak kecil." seru anak ular yang masih kebingungan. 

Sudah kesal dibantah pula. Bagaimana tidak semakin kesal si induk ular? 

"Apa kalian bilang? Kalian buta ya? Kurang ajar! Emak sudah ajarkan yang benar, mala kalian bantah. Ini benar-benar keterlaluan!"

"Benar, emak. Emak jalannya juga berbelok-belok. Bukannya membantah, tetapi ini kenyataan."

Sebenarnya anak-anak ular bukan hendak membantah, hanya ingin mengingatkan emaknya yang merasa benar sendiri. Tanpa mau menyadari, sebenarnya ia salah. 

Ini sebenarnya panjang ceritanya. Terjadi perdebatan si induk ular dengan anak - anaknya. Si induk ular berkeras,bila cara jalannya sudah lurus. 

Sementara anak ular melihat dengan mata kepalanya sendiri si emak jalannya sama dengan mereka. Berbelok-belok. 

Peristiwa mengundang kehebohan jagat dunia perhewanan. Singa, si raja hutan sampai harus menyelesaikan perkara. Singa meyakinkan, kalau si induk ular jalannya memang berbelok-belok.

"Apa iya?" Si induk ular bergumam. 

Sadarlah si induk ular akan kesalahannya selama ini.  Selama ini ia kesal melihat anak-anaknya jalan berbelok - belok. Mencibir ular lain yang  jalanya tidak lurus seperti dirinya. 

Kenyataannya ia sendiri jalannya sama. Berbelok-belok seperti ular umumnya. 

Si induk ular dengan perasaan penuh penyesalan berkata,"Terima kasih, Baginda Singa. Apabila tidak diingatkan. Selamanya pasti saya berpikir saya selalu benar. Kenyataannya salah." 

@cermindiri 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun