Sebenarnya tantangan yang paling berat itu datang dari orangtua. Karena ada masalah persepsi.
Ada anggapan orang yang bervegetarian itu sudah memutuskan hubungan dengan duniawi.Â
Tidak boleh menikah lagi. Tidak punya keturunan. Mungkin ini yang ditakutkan ibu saya.Â
Apalagi saya harus minta ijin untuk sepenuhnya bervegetarian selamanya. Sampai keluar kata-kata. Kalau sampai saya lakukan, maka akan putus hubungan keluarga.Â
Bagaimana ini? Ini urusan maha penting. Maju tak gentar. Jalani apa yang diyakini benar. Tetapi tidak juga memberi penjelasan untuk melawan orangtua. Diam. Itulah senjatanya.Â
Dalam keyakinan. Bila yang dilakukan adalah hal yang baik dan benar. Pasti kelak akan ada jalan kemudahan. Itulah yang terjadi kemudian.Â
Singkat cerita. Setelah melalui  segala kesulitan. Bahkan tentangan dari orangtua sekitar dua atau tiga tahun. Perlahan tapi pasti. Datanglah segala kemudahan.Â
Orangtua mulai mau memasak menu khusus kalau saya pulang ke rumah. Omongan yang meledek atau melecehkan tak terdengar lagi.Â
Di tempat kerja yang sekarang, walau ada menyediakan katering. Karena tahu saya vegetarian disediakan tempat untuk masak sendiri.Â
Bila ada acara makan-makan dengan saudara, mereka selalu repot pesan menu khusus buat saya.Â
Habis gelap, terbitlah terang. Seperti yang ditulis RA Kartini. Memang nyata. Bukan omongan kosong.Â