Katedrarajawen _Saat sudah tidak tahan mengendalikan diri. Kemarahan sudah memuncak. Keluarlah kata-kata,"Sabar, ada batasnya!" Meledak. Mengamuk.Â
Omong kosong macam apa ini? Ngawur. Namanya sabar ya sabar. Tidak pakai batas. Kalau ada batasnya. Itu bukan sabar.Â
Ini namanya menutupi kebenaran dengan pembenaran. Tidak bisa sabar lalu memutarbalikkan kebenaran.Â
Orang yang mengatakan sabar ada batasnya. Itu seakan-akan hendak menunjukkan kalau dirinya itu sudah sabar. Sudah benar selama ini. Yang membuat dirinya tidak sabar itu yang salah. Hebat.Â
Marah-marah sambil teriak biar dunia mendengar,"Saya sudah sabar. Kamu yang bikin saya tidak sabar!"Â
Sadar. Sabar itu tidak ada urusan dengan orang lain. Sabar itu bukan didapat dari merasa sendiri.Â
Sabar itu adalah kekuatan di dalam diri. Sabar itu kemampuan untuk mengalahkan diri sendiri.Â
Sabar itu mampu menahan penderitaan. Sabar itu kalau ada yang menghina didoakan. Sabar itu tidak dihargai, tetap berbuat baik.Â
Sabar itu kalau dicubit tidak akan membalas. Jadi ingat kata-kata yang sudah mendunia,"Ditampar pipi kananmu, berikan pipi kirimu."
Maaf, ini bukan kata-kata candaan. Bukan hanya milik agama tertentu. Namun kebenaran universal.Â
Sabar itu tak pakai mengaku-ngaku atau minta pengakuan.Â