Sebenarnya tentu kita juga tahu, bahwa hati perlu juga dibersihkan. Tentu bukan dengan hand sanitizer. Pakai heart sanitizer. Apaan tuh? Pasti kita paham.Â
Masalahnya mungkin kita berpikir seminggu sekali datang ke rumah ibadah. Pagi dan malam berdoa. Rutin ibadah 5 waktu.Â
Kalau sempat sesekali dengar ceramah. Kapan-kapan baca kitab suci. Melakukan pertobatan setahun sekali. Itu sudah cukup untuk membersihkan hati.Â
Tentu saja tidak cukup. Apalagi kebencian itu sudah berkerak atau berkarat.Â
Apa yang kita lakukan, hanya cukup membersihkan permukaan. Lengah sedikit, kondisinya akan sama lagi seperti semula. Bayangkan, bila jarang kita membersihkannya.Â
Bayangkan pula bila apa yang kita lakukan sekadar rutinitas. Ibarat hand sanitizer. Mereknya keren, kualitasnya palsu. Paling bikin virusnya geli. Tidak mati.Â
Masalahnya lagi, sebagai manusia. Kalau untuk urusan hati. Biasanya otomatis akan berpikir, apa yang kita lakukan sudah cukup. Apalagi?Â
Urusan uang tidak perlu merasa cukup. Urusan benci pun tidak merasa cukup. Terus diproduksi.Â
Orang yang tidak kita kenal, tidak ada urusan dengannya bisa menimbulkan kebencian. Sekadar dengar omongan orang lain. Coba bayangkan?Â
Sesungguhnya heart sanitizer terbaik itu adalah cinta kasih. Welas asih. Setiap manusia pasti punya. Tuhan telah mengkaruniakan.Â
Karena awan kegelapan batin telah menutupi, sehingga tak berfungsi. Bisa juga berfungsi, hanya tak maksimal.Â