Kenapa?Â
Apabila diibaratkan lantai yang dasarnya hitam. Berapa Banyak pun  kotoran bintik-bintik hitam atau debu tak akan begitu tampak. Tak akan merasakan kalau lantai itu sudah kotor. Bahkan sangat kotor.Â
Jadi. Ngeri juga memikirkan atau menuliskannya. Apabila diri ini sudah sampai pada tahap masih nyaman melakukan kesalahan. Lebih suka merasa tidak bersalah. Tidak mau mengakui kesalahan.Â
Bisa jadi _ boleh juga dipastikan _ hati nurani ini sudah tertutup awan kegelapan atau kerak-kerak hitam.Â
Lebih jauh lagi dengan acara menyapu tadi. Tidak cukup pula hanya merasa  bersalah atau dengan siraman rohani. Merenung atau refleksi hati.Â
Karena masih ada kotoran yang membandel. Perlu usaha lebih keras dan cara tertentu untuk membersihkannya.Â
Lebih penting lagi, membutuhkan kesabaran dan konsisten. Selalu mengharapkan Mahakasih Tuhan mengampuni.Â
@pembelajarandarisebuahperistiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H