Tidak pakai marah, namun meminta dia pungut dan membuang ke tempat seharusnya. Padahal sederhananya otak sudah memerintahkan, ambil dan buang saja ke tempat yang layak. Tetapi otak yang di sebelah sedikit genit dibikin agak rumit dahulu. Entah maksudnya mengerjai atau mengajari si Dede. Beda tipis.
Sekali lagi urusan sampah sebenarnya sederhana. Tetapi yang sederhana itu justru seringkali disepelekan. Tak heran membuang sembarangan itu dianggap solusi yang paling sederhana. Disederhanakan lagi dengan cukup memasang papan pengumuman 'Buanglah Sampah Pada Tempatnya'.
Soal kreatif dan inisiatif, sekarang di mana-mana ada yang namanya bank sampah. Lucunya di sekitar bank sampah masih saja ada sampah yang berserakan. Hal yang tidak pernah terjadi di bank duit ada duit berserakan. Karena walau cuma selembar saja tergeletak dalam sekejap sudah ada yang memungut. Lenyap sekejap mata.
Urusan di dunia nyata saja belum selesai. Mungkin karena dianggap sederhana, makanya tidak wajib untuk menyelesaikan. Sekarang di dunia maya, sampah-sampah hati dan pikiran berserakan pula.
Nah, kalau sudah urusan sampah hati dan pikiran tidak sederhana lagi ceritanya. Namun manusia memang selalu kreatif, sekarang untuk membuangnya, media sosial menjadi tempat yang paling nyaman. Rasanya tidak betah kalau tidak nyampah sehari saja.
Urusan sampah memang membingungkan. Tepatnya sih sengaja dibuat bingung dan rumit, sehingga terus menjadi pembahasan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H