Pagi itu seorang teman karyawan sedang menikmati nasi uduk bungkus dengan lalap. Seharinya sebelumnya saya masih ingat ia melakukan aktivitas yang sama. Tetapi bekas bungkusannya diletakkan begitu saja di bawah meja.
Setelah hampir selesai ia makan saya juga melihat di bawah kolong meja ada sampah. Entah maksudnya mengingatkan atau menyindir, saya mengatakan, kalau orang malas dan mau enaknya, habis makan pasti sampahnya sekalian dibuang di situ. Karena ada temannya. Tetapi kalau orangnya peduli dan bijaksana pasti sampahnya diambil sekalian ikut dibuang. Buang kotoran tapi bisa dapat kebaikan.
Orangnya langsung melirik dan senyum - senyum dan berkata, "Bisa ajanih!"
Kemudian entah terpaksa atau sukarela ia memungut sampah yang sebelumnya sudah ada di situ.
Saya pikir lumayan juga jadi saya tidak usah buang sampah dan bisa menyuruh orang membuang sampah tanpa memaksa. Â Ibarat kata sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui.
Dalam urusan sampah bukan hanya dalam pengolahan yang butuh kreatif dan inisiatif. Dalam hal membuang sampah pun membutuhkan hal ini.
Ada orang atau sepertinya saya pernah mengalami. Saat lihat ada sampah berserakan, malah marah - marah bukannya cepat - cepat pungut dan membuang pada tempatnya. Sederhana sekali sebenarnya, cuma dibikin dramatis.
Misalnya juga saat hendak membuang bungkus makanan tapi lihat kiri - kanan tidak ada tempat sampah, yang dicari temannya yang berserakan. Kalau saya biasanya kreatif dengan memasukkan ke kantong baju atau celana. Hebat kan?
Kenapa bisa? Ya kalau cuma bekas bungkus permen. Kalau sampah bekas bungkus makanan paling buang sembunyi kalau memang tak ada tempat sampah ha ha ha ...
Sebenarnya tidak sesederhana ini juga urusan membuang sampah. Itulah yang dikatakan perlu kreatif dan inovatif juga.
Kalau contoh di atas lihat ada sampah tidak usah marah - marah, tinggal ambil dan buang ke tempatnya selesai. Tetapi ada kasus lain seperti di rumah, kalau lihat sampah di lantai tidak lantas dibuang. Tanya si Dede dahulu. Biasanya dia mengaku.
Tidak pakai marah, namun meminta dia pungut dan membuang ke tempat seharusnya. Padahal sederhananya otak sudah memerintahkan, ambil dan buang saja ke tempat yang layak. Tetapi otak yang di sebelah sedikit genit dibikin agak rumit dahulu. Entah maksudnya mengerjai atau mengajari si Dede. Beda tipis.
Sekali lagi urusan sampah sebenarnya sederhana. Tetapi yang sederhana itu justru seringkali disepelekan. Tak heran membuang sembarangan itu dianggap solusi yang paling sederhana. Disederhanakan lagi dengan cukup memasang papan pengumuman 'Buanglah Sampah Pada Tempatnya'.
Soal kreatif dan inisiatif, sekarang di mana-mana ada yang namanya bank sampah. Lucunya di sekitar bank sampah masih saja ada sampah yang berserakan. Hal yang tidak pernah terjadi di bank duit ada duit berserakan. Karena walau cuma selembar saja tergeletak dalam sekejap sudah ada yang memungut. Lenyap sekejap mata.
Urusan di dunia nyata saja belum selesai. Mungkin karena dianggap sederhana, makanya tidak wajib untuk menyelesaikan. Sekarang di dunia maya, sampah-sampah hati dan pikiran berserakan pula.
Nah, kalau sudah urusan sampah hati dan pikiran tidak sederhana lagi ceritanya. Namun manusia memang selalu kreatif, sekarang untuk membuangnya, media sosial menjadi tempat yang paling nyaman. Rasanya tidak betah kalau tidak nyampah sehari saja.
Urusan sampah memang membingungkan. Tepatnya sih sengaja dibuat bingung dan rumit, sehingga terus menjadi pembahasan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H