Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hinalah Mereka yang Percaya Kebohongan?

8 Oktober 2018   17:05 Diperbarui: 8 Oktober 2018   17:09 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini saya melihat dua gambar tangkapan layar dari  ciutan seorang yang bernama Hanum Rais berkenaan dengan Ratna Sarumpaet yang dianggap mengalami penganiayaan.

Intinya ia mengatakan, bahwa hinalah mereka yang menganggap penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet sebagai kebohongan.

Entah apa yang ada dipikirannya, sehingga ia menulis demikian. Setelah kebenaran terungkap, apa yang ia pikirkan?

Kalau mereka yang tidak percaya dengan kebohongan yang nyatanya memang kebohongan sebagai orang yang hina. Apa namanya mereka yang percaya dengan kebohongan sebagai kebenaran?

Cukup mengatakan merasa dibohongi dan minta maaf, maka akan dianggap ksatria. Semuanya selesai dan tak perlu merasa terhina. Tetapi kebenaran yang ada, energi hina itu mengalir menerpa mereka sendiri.

Dari peristiwa demi peristiwa di zaman sekarang mempertontonkan dengan telanjang kepada dunia, bahwa manusia dengan pendidikan yang semakin tinggi, berstatus sosial terhormat, identitas agama terpakai rapi tidaklah selaras perilakunya.

Yang luar biasa adalah kita tidak punya rasa malu lagi untuk mengulangi dan mengulangi kembali perilaku salah yang sama. Tak habis pikir memang. Tetapi beginilah dunia. Yang mana ketidaksadaran berada.

Pendidikan tinggi sejatinya membuat kita terdidik dalam menjaga etika, status terhormat semestinya lebih menjaga tata krama. Dengan selalu memakai identitas agama sejatinya selalu menjaga raga dan bicara. Namun sayangnya, semua itu lebih menjadi sekadar kebanggaan.

Bila tidak, pada akhirnya bukan orang lain yang akan menghina diri kita, namun diri sendirilah yang menjadikan diri sendiri terhina atas perilaku yang ada.

Bila masih ada kerendahan hati, pastilah segera membersihkan diri dan bersimpuh dengan air mata. Bila ketinggian hati yang masih menyertai, maka akan mencari penghinaan lagi. Lagi dan lagi.

Dalam ketinggian, sehingga tak sadar lagi orang lain melihat dengan kerdil diri kita. Bila sadar, dalam kerendahan hati, orang dapat melihat kebesaran yang ada pada diri kita.

#refleksihatiuntukmenerangidiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun