Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Kejadian Sound System

20 Agustus 2018   13:26 Diperbarui: 27 Agustus 2018   08:20 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang 17 Agustus tahun ini di tempat kerja mengadakan lomba karaoke khusus untuk karyawan. Namanya acara karaokean pasti harus menggunakan sound system. Kebetulan ada karyawan yang punya, maka disewakan dengan harga damai.

Sebelum acara dimulai yang punya sound system sudah mengatur sedemikian rupa, sehingga siap dipakai. Keluaran suara dari mikrofon  dicek terus sampai paling enak terdengar suaranya.

Ketika acara berlangsung, sebenarnya tidak ada masalah dengan sound system. Lancar - lancar saja. Tetapi ada karyawan yang tangannya 'gatal' mengutak - atik sound system, mungkin karena merasa suaranya kurang pas di telinganya.

Apa yang terjadi? Bukannya tambah bagus, malah suaranya menjadi kecil dan jadi kurang enak didengar. Makin diatur makin tidak bagus. Kebetulan yang punya sound system sedang ada pekerjaan lain, sehingga tidak mengetahui apa yang terjadi.

Dari kejadian di atas, ada 3 pembelajaran untuk refleksi diri.

Kurang Puas

Kita memang sering kurang puas dengan apa yang kita dapat atau rasakan. Maunya lebih enak dan lebih baik lagi. Ada positifnya. Sebab akan menjadi sumber kemajuan mencapai hasil yang lebih baik.

Namun ketidakpuasan juga bisa menjadi sumber ketidaknyamanan atau menjadi sumber celaka. Seperti contoh di atas, karena kurang puas, akhirnya jadi tidak pas lagi suaranya. Bikin kacau suasana.

Ketika mengendarai mobil, karena tidak puas semakin melajukan kendaraan semakin cepat. Akhirnya malah kecelakaan. Ketika suami atau istri tidak puas dengan pasangannya, cari pasangan lain sebagai pemuasan. Bahaya, kan? Dalam hal ini perlu ilmu bijaksana menyikapi.

Sok Tahu

Kita juga seringkali terdorong untuk menjadi sok tahu atau ingin menjadi orang yang serba tahu. Bicara ini, ngomong itu sepertinya hebat banyak yang diketahui. Ternyata banyak salahnya. Selanjutnya malah jadi pura - pura tidak tahu kalau dirinya salah.

Akibat sifat sok tahu kita, tak sadar dapat mengacaukan suasana, membuat kegaduhan, bahkan bisa menjadi bahan fitnah. Bukannya ini biasa kita saksikan dalam kehidupan sehari - hari?

Sejatinya lebih baik melakukan apa yang memang kita bisa dan katakan apa yang benar - benar kita tahu kebenarannya. Tak perlu malu bila memang banyak hal yang kita belum tahu.

Tahu Kapasitas Diri

Untuk melakukan suatu hal ada ilmunya. Bagi yang memiliki ilmu pasti akan kelihatan mudah melakukannya. Manjat pohon, main gitar atau mengendarai mobil ada ilmunya.

Jangan karena kelihatan orang lain mudah melakukan lantas kita pikir juga bisa. Tentu tidak semudah itu. Coba kita yang belum pernah mengendarai mobil, lantas kita memaksakan diri mengendarai. Ya, bisa - bisa mati.

Ada lowongan pekerjaan salah satu syaratnya harus lukusan SMU, kita yang cuma lulusan SMP tentu perlu menyadari kalau tidak memenuhi syarat. Kalau memaksakan diri melamar juga, sia - sia hasilnya.

Kita diminta memikul beras dengan berat 100 kg, sementara 70 kg saja sudah susah payahnya mengangkat. Tentu kita tidak perlu memaksakan diri, daripada akibatnya patah tulang.

Namun kita perlu ingat juga, tahu kapasitas diri tentu tidak sama dengan mengerdilkan diri atas kemampuan yang kita miliki.

||Pembelajarandarisebuahperistiwa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun