Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Si Kate dan HP Kesayangannya (undangan makan di istana)

2 Januari 2016   13:52 Diperbarui: 2 Januari 2016   16:06 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Kalau menulis itu harus hati-hati. Karena bisa aja kegembiraan atau keberhasilan yang gue tulis akan melukai ribuan atau bahkan jutaan orang."

Kali ini si Kate tak lagi pencet-pencet HP Kesayangannya. Hanya digenggam. Tampang tampak serius. "Makanya gue gak bakal nulis tentang kesuksesan gue. Gue takut itu  akan menyakiti mereka yang gagal dan hidup dalam kemiskinan. Ente tahu berapa banyak orang di negeri kita yang masih hidup dalam garis kemiskinan? Coba kalau mereka semua baca tulisan gue. Berapa juta orang yang akan gue sakiti? Mau taruh di mana hati gue?"

Penulis sampai tersedak mendengar perkataan si Kate. Soalnya tahu banget siapa dia sampai ke jeroannya. Pastilah kagak bakal ada ceritanya soal kesuksesan si Kate. Wong dari dahulu sampai kini hidupnya masih dalam kekerean.

Melihat penulis yang serius menyimak _padahal pura-pura serius, si Kate makin semangat menjadikan penulis sebagai korban.

"Gue juga gak bakal deh nulis-nulis tentang kebahagiaan gue jalan-jalan keliling dunia dari Kutub Utara sampai Kutub Selatan. Dari Tanjung Kait sampai Tanjung Pinang.  Dari Samudra Atlantik sampai Samosir. Dari Ujung Kulon sampai Ujung Pandang yang ujung-ujungnya bakal menyakiti."  Senyum yang dibuat tampak bijak ia hadirkan.

Penulis cuma bisa terbahak-bahak dalam hati. Kok bisa ya? Kan, ceritanya begitu. Mau terkekeh di jidat juga bisa ha ha ha ...

Si Kate sepertinya sedang berkhayal dan ngomong kegedean.  Seingat-ingatnya yang penulis ingat si Kate itu kagak pernah jalan-jalan ke mana-mana. Kalau Tanjung Kait sih yang masih di Tangerang itu pernahlah. Kalau itu apa yang mau dibanggakan?

"Bro, ente terhanyut ya dengar omongan gue sampai serius begitu?"   goda si Kate sambil melempar sesuatu ke arah penulis. Kepedean banget si Kate.  Belum cukup rupanya si Kate cerita. Padahal kopi sudah hampir ludes dari gelasnya. "Makanya gue juga mikir-mikir mau nulis keromantisan gue sama istri tercinta. Udah ah pokoknya takut. Gue gak mau nyakitin siapa-siapa. Titik." Seperti ada perasaan yang menggandal dari nada suara si Kate. Keselek kopi kali ya? Pantasan, ampas kopinya disedot juga.

"Bro, tapi gue bingung juga nanti kalau gue cerita masa lalu gue yang hidup serba susah makan sepiring sekeluarga  atau seranjang tidur ramai-ramai nanti dibilang pamer kesusahan lagi. Gimana dong?" kali ini mendadak si Kate galau.

"Mas Kate kan bijaksana kenapa tanya sama saya? Gak mikir ah! Yang saya mikir itu Mas Kate jangan pamer-pamer aurat aja deh..." ketus penulis sambil berlalu dan sekalian bilang,"Kopi saya bayarin dulu ya, Mas!"  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun