3 Pesan Presiden Jokowi ~ 8:28 13 Desember 2015
[caption caption="Koleksi pribadi, undangan makan siang bersama Presiden Jokowi yang ditandatangani oleh beliau sendiri"][/caption]
Presiden Jokowi, Sabtu 12 Desember 2015 bertempat di Istana Negara mengundang 100 kompasianer untuk makan siang bersama. Ingat dan harap dicatat,  yang diundang bukan hanya  khusus pendukung Presiden Jokowi tetapi adalah para  kompasianer. Sebenarnya undangan makan ini acara dadakan sebagai pengganti ketidakbisaan hadir beliau untuk pembukaan acara Kompasianival yang berlangsung di Gandaria City Mall, Jakarta Selatan.
Sekitar pukul 12.00 WIB Pak Jokowi hadir menyapa para kompasianer dengan ramah. Â Tak banyak yang disampaikan saat kehadiran beliau. Sekadar mengingatkan para kompasianer agar santai. Tak usah serius dalam acara makan siang hari itu. Acara makan pun dimulai.
Setelah beberapa kompasianer menyampaikan unek-unek, pesan, masukan dan kritikan, Pak Jokowi menjawab dan menyampaikan beberapa hal. Ada tiga poin utama yang dapat saya catat.
#Tidak apa menjelekkan saya tapi jangan menjelekkan bangsa dan negara
Pak Jokowi menegaskan tak apa-apa  orang menjelekkan dirinya. Beliau mengatakan hal ini sambil tertawa. Ini menandakan memang Pak Jokowi tidak sakit hati atau menyimpan perasaan tidak nyaman atas segala fitnah atau penghinaan yang terjadi selama ini.
Tetapi dengan tegas pula beliau menyampaikan lain ceritanya bila bangsa dan negara yang dijelekkan, maka darah akan langsung naik. Pak Jokowi mengatakan sambil menaikkan tangannya dengan wajah serius.
Seperti ketika Kongres Amerika Serikat yang memertanyakan soal korupsi di Indonesia yang bernada menyindir. Pak Jokowi mengatakan beliau menjelaskan soal pemberantas korupsi yang sudah dilakukan. Puluhan gubernur dan ratusan bupati atau wali kota yang sudah di bui serta ribuan lagi yang lain. Â Hal yang belum tentu dilakukan di Amerika sendiri. Anggota Kongres yang memertanyakan diam.
Jadi miris sekali melihat kenyataan saat ini. Dimana seharusnya kita sebagai anak bangsa marah bila ada orang atau bangsa lain menjelekkan negara kita. Yang terjadi malah kita sendiri yang menjelekkan dan menghina bangsa dan pemimpin yang merupakan symbol negara sendiri.
Bangsa dan negara ini adalah sebagai Ibu Pertiwi. Artinya menghina dan menjelekkan bangsa sendiri sama seperti menghina ibu sendiri. Namun saat ini di antara kita bisa dengan bangga melakukannya di social nedia tanpa risih.
Bila mau meneliti dengan hati yang terdalam  hanya bisa menjelekkan pemimpin, bangsa dan negara sendiri itu sama saja menunjukkan sejelek-jeleknya dan sehina-hinanya diri kita.
[caption caption="Gambar diambil dari akun facebook Mas Agung Han"]
#Menulis yang memberikan harapan dan positif
Pak Jokowi berharap apabila menulis semestinya tulisan-tulisan yang positif dan memberikan harapan serta  energi optimis. Bukan menulis hal-hal yang justru menjatuhkan.
Misalnya turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika beberapa waktu lalu. Dimana hal ini merupakan kejadian global. Tetapi hal ini menjadi santapan sebagian orang menjadi bahan tulisan yang menjatuhkan bangsa sendiri. Tidak sedikit nada negatif dan pesimis setiap hari yang berderai memenuhi berbagai media. Â Menjadi olok-olok dan tertawaan.
Apa yang kita harapkan dari tulisan yang negatif atau yang mendatangkan kericuhan? Melepaskan kebencian dan membesarkan keegoan?Â
Sejatinya kita memahami selalu menumbuhkan harapan dan energi positif pasti sangat bermanfaat sekali bagi perkembangan jiwa kita. Apa yang tidak bisa atau tidak mungkin menjadi bisa dan mungkin karena adanya harapan dan energi positif ini.
Beberapa waktu yang lalu saya menonton sebuah film pendek di Youtube. Seorang wanita yang tidak bisa sama sekali bermain basket diminta untuk memasukkan bola ke keranjang sebanyak 10 kali. Dari semua percobaan tak satupun bola yang masuk. Wajar. Sebab memang tak pernah bermain basket.
Kemudian mata wanita itu ditutup dan disuruh kembali mencoba. Satu kali lemparan pemandu menyemangati dan beberapa orang yang dihadirkan bertepuk tangan dan menyemangati dengan kata-kata positif. Padahal bolanya tidak masuk
Si wanita menjadi semangat. Percobaan kedua dilakukan. Pemandu dan penonton melakukan hal yang sama. Selanjutnya penutup mata dibuka dan wanita itu kembali diminta untuk memasukkan 10 bola. Apa yang terjadi? Dari sepuluh kali percobaan ia berhasil memasukkan 4 bola. Luar biasa bukan?
#Saya dan Pak Prabowo sudah tiga kali bertemu dan kalau bertemu selalu bercanda-canda
Pak Jokowi mengatakan bahwa setelah pemilihan presiden beliau dengan Pak Prabowo sudag pernah bertemu tiga kali adn dalam setiap pertemuan selalu dalam suasana santai dan bahkan sering bercanda dan ledek-ledekan.
Apa pentingnya Pak Jokowi menyampaikan hal ini? Ternyata Pak Jokowi memerhatikan hiruk-pikuk di media sosial. Khususnya di Kompasiana  Baik tulisan maupun komentar-komentar yang ada antara pendukung Presiden Jokowi dan Pak Prabowo. Dimana sampai saat ini setelah setahun lebih  usai pemilihan presiden masih ada hubungan yang tidak baik.
Secara tersurat jelas Pak Jokowi ingin menyampaikan bahwa usai pemilihan presiden hiruk-pikuk yang ada usai sudah semuanya baik-baik saja. Begitu juga seharusnya kita masing-masing sebagai pendukung.
Waktu undangan makan ke Istana Negara ada bersama dengan seorang kompasianer yang juga adalah pendukung berat Pak Prabowo. Beliau adalah Pak Thamrin Dahlan. Â Hubungan kami baik-baik saja. Beliau mengatakan bahwa sekarang Pak Jokowi adalah Presiden Indonesia yang diakui secara hukum dan legal. Pak Prabowo juga sudah memberi hormat. Tentu sebagai warga negara Indonesia beliau pun ikut mengakui Pak Jokowi sebagai Presiden NKRI.
Untuk yang tersirat tentu Pak Jokowi ingin mengingatkan kepada  para pendukungnya  jangan ada lagi permusuhan di antara kita sesama anak bangsa.   Sebab untuk membangun kemajuan bangsa yang dibutuhkan rasa persatuan dan kesatuan. Tidak ada penting dan perlunya untuk saling menyalahkan dan merasa berada di pihak yang paling benar. Yang dibutuhkan semata adalah kerendahan hati untuk menjalin kebersamaan yang ada.
Bila kita pikirkan kembali, sudah berapa banyak energi yang terbuang sia-sia untuk menyerang dan bertahan untuk hal yang sejatinya dapat kita hindarkan apabila kita merasakan kesatuan sebagai satu anak bangsa yang menginginkan kemajuan negeri tercinta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H