Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengejar 'Nama Baik', Menolak 'Nama Buruk'

17 November 2013   06:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:04 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Demi mendapatkan nama baik manusia berani mengeluarkan banyak duit dan dengan cara yang tidak baik. Sebaliknya untuk menghilangkan nama buruk manusia pun rela kehilangan banyak duit dengan cara yang buruk pula.


Nama yang diberikan orangtua saat kita dilahirkan pastilah nama yang baik dan diharapkan membawa kebaikan bagi kehidupan kita kelak. Sebab nama merupakan harapan dan doa orangtua bagi anaknya.

Nama yang baik sudah diberikan dan menjadi milik kita sebagai identitas hidup. Mengapa dalam perjalanannya masih tidak sedikit di antara kita mau-maunya bersusah payah mengejar nama baik demi mendapat kebanggaan?

Sebaliknya ada juga yang harus kehilangan nama baiknya. Namanya yang baik tercemar oleh perilaku buruknya, sehingga menimbulkan rasa malu.

*
MENGEJAR 'NAMA BAIK'



Memang aneh dan mengherankan rasanya, kita yang sudah punya nama baik sejak dilahirkan dan dengan makna yang luar biasa baik tapi masih mau melakukan hal yang tidak baik, agar mempunyai nama baik di masyarakat. Menjadi populer atau idola demi sebuah status.

Demi mengejar nama baik atau kepopuleran berbagai upaya dilakukan. Mengeluarkan banyak duit tidak masalah asal nama terpampang di mana-mana.

Cara kotor atau tidak sesuai etika tak ragu kita lakukan, agar mendapat nama baik untuk tujuan tertentu. Demi sebuah predikat nama baik sampai harus rela menipu diri sendiri dan khalayak. Demi sebuah kehormatan palsu.

Kalau lagi waras dan sadar pasti kita berpikir ini adalah tindakan bodoh. Benar. Tapi tindakan bodoh ini justru dilakukan banyak orang pintar pada jaman sekarang. Jangan-jangan kita yang menjadi jagoannya. Dinina-bobokan oleh status kenamaan. Sesuatu yang palsu sebenarnya.

*
MENOLAK 'NAMA BURUK'

Nama baik perlu dijaga. Apapun caranya. Berapa pun biayanya. Bila ada yang mencemarkan nama baik kita, maka pengacara yang akan bicara. Nama buruk harus ditolak. Apa kata dunia nantinya?

Bisa saja kita menyewa pengacara puluhan juta tapi cuma menuntut sekian rupiah plus permintaan maaf saja. Uang tidak sayang dibuang asal naik baik terjaga.

Demi untuk menjaga gengsi nama baik, kita berani menutup mulut orang lain atau media agar tak bersuara. Kita berani membayar demi pemutaran balikkan fakta.

Apakah cara lazim yang kita lakukan untuk mengejar dan menjaga nama baik itu akan baik-baik saja?

Sayang, pada akhirnya dunia akan mengetahui siapa kita yang sesungguhnya. Karena nama baik tidak didapat dengan membeli atau tipu daya.

Nama baik itu akan ada dan terhormat tergantung siapa diri kita aslinya. Nama baik akan ada dan terpelihara karena karakter dan kepribadian kita yang terwujud dalam perbuatan hidup sehari-hari. Tergantung apa sumbangsih nyata bagi sesama dan kehidupan.

Mengejar dan membeli nama baik demi sebuah kebanggaan menandakan kita tidak percaya dengan diri sendiri. Sebab kita tahu siapa diri kita yang asli, maka kita perlu pengakuan.

@refleksihatidipagihari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun