Nama baik perlu dijaga. Apapun caranya. Berapa pun biayanya. Bila ada yang mencemarkan nama baik kita, maka pengacara yang akan bicara. Nama buruk harus ditolak. Apa kata dunia nantinya?
Bisa saja kita menyewa pengacara puluhan juta tapi cuma menuntut sekian rupiah plus permintaan maaf saja. Uang tidak sayang dibuang asal naik baik terjaga.
Demi untuk menjaga gengsi nama baik, kita berani menutup mulut orang lain atau media agar tak bersuara. Kita berani membayar demi pemutaran balikkan fakta.
Apakah cara lazim yang kita lakukan untuk mengejar dan menjaga nama baik itu akan baik-baik saja?
Sayang, pada akhirnya dunia akan mengetahui siapa kita yang sesungguhnya. Karena nama baik tidak didapat dengan membeli atau tipu daya.
Nama baik itu akan ada dan terhormat tergantung siapa diri kita aslinya. Nama baik akan ada dan terpelihara karena karakter dan kepribadian kita yang terwujud dalam perbuatan hidup sehari-hari. Tergantung apa sumbangsih nyata bagi sesama dan kehidupan.
Mengejar dan membeli nama baik demi sebuah kebanggaan menandakan kita tidak percaya dengan diri sendiri. Sebab kita tahu siapa diri kita yang asli, maka kita perlu pengakuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H