Itulah sebabnya ada kata bijak yang tertulis: 'Waktu makan, makanlah'. Ini tentu adalah bicara tentang ketenangan hati dan konsentrasi. Ketika waktunya makan, diperhatikan atau konsentrasi. Untuk menciptakan perhatian tentu dibutuhkan ketenangan hati.
Dengan hati yang tenang saat bersantap, maka makanan yang masuk ke mulut akan terasa nikmat. Benar-benar akan terasa makanan apa yang sedang kita nikmat. Kita akan merasakan rasa yang terkandung dalam setiap makanan.
Tapi kebiasaan makan kita ada yang salah selama ini. Ini tentu pengalaman pribadi. Dulu kalau makan sehabis pulang sekali saya punya kebiasaan sambil makan tv dinyalakan dan baca koran. Tak lupa juga menyalakan radio, agar drama kesukaan tidak terlewatkan. Bagaimana rasanya makan kalau begitu ceritanya?
Rasa Terima kasih dan Bersyukur
Tidak heran dalam setiap tradisi agama, ada pengajaran berdoa terlebih dahulu sebelum makan. Hal yang sangat positif. Dengan mengucap doa sebagai rasa terima kasih dan bersyukur kepada yang memberikan kehidupan dan makanan yang tersedia di meja hal ini akan menciptakan suasana tenang dan perasaan bahagia. Bukankah dengan demikian akan tercipta suasana yang nyaman yang tentu akan membuat apa yang hendak kita makan akan terasa nikmat?
Sekali lagi, ini kebenaran yang sangat sederhana dan mungkin kata 'Terima Kasih' dan 'Bersyukur' sudah menjadi kata-kata yang basi bagi kebanyakan orang. Tapi bagi yang mendalami dunia spiritual, dua kata ini bila sudah menyatu dalam hati dan perbuatan akan menjadi kata-kata yang sangat ajaib sekali. Tidak percaya? Coba praktikkan dan rasakan sendiri.
@refleksihatimenerangidiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H