Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anak 13 Tahun Pacaran, Apa yang Dilakukan Ya?

8 September 2013   14:32 Diperbarui: 4 April 2017   16:24 17596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dulu saat usia 13 tahun untuk dekat-dekat atau mau menatap cewek saja, saya masih malu dan takut-takut. Apalagi mau pacaran. Bisa terkencing-kencing barangkali saking gemetarannya.

Ah, itu dulu dan saya dasarnya yang memang pemalu. Hidup ini adalah perubahan. Lain dulu lain sekarang. Setiap jaman akan ada perbedaan. Setuju. Namanya perubahan, sejatinya kan menuju menjadi lebih baik? Tapi ini...? Ini baru dalam hal pacaran. Belum hal yang lain.

Membaca berita di media online atau berita di televisi tentang kecelakaan yang dialami anak musisi Ahmad Dhani, Ahmad Qodir Jailani di Tol Jagorawi Minggu (8/9) dinihari yang menyebabkan 6 orang korban jiwa dan beberapa yang terluka.

Dapatlah diketahui bahwa anak bungsu Ahmad Dhani yang dipanggil Dul itu sebelum terjadi kecelakaan sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta sehabis mengantar pacarnya yang tinggal di Bogor.

Seperti diketahui Dul saat ini baru berumur 13 tahun. Tapi sudah punya pacar dan berani pula mengantar pulang sampai ke Bogor dengan mengendarai mobil yang tentu saja belum melengkapi diri dengan SIM. Sudah umum sebenarnya. Tidak ada yang aneh dan heboh.

Kalau kita mau jujur Dul hanyalah mewakili dinamika kehidupan dan keadaan anak-anak kita saat ini. Pacaran pada usia 13 tahun sudah hal biasa. Bukan di kehidupan nyata saja. Di sinetron pun menjadi cerita.

Saya jadi membayangkan. Masih anak-anak sudah pacaran. Timbul pertanyaan."Ngapain aja sih mereka?"

Ketemu lalu diam-diaman? Lirik-lirik malu-malu dan tersenyum? Lalu selesai dan begitu seterusnya?

Rasanya yang namanya pacaran anak-anak sekarang sulit menahan diri untuk diam-diam seperti jaman dulu saya. Godaannya terlalu banyak. Ditambah semakin berkurangnya rasa malu. Biasanya si tangan akan sangat lincah bergerak mencari sesuatu yang akan menimbulkan sesuatu pula.

Tidak usah jauh-jauh. Dalam cerita-cerita di sinetron pun tidak jarang ada adegan anak-anak sekolah yang lebih asyik pacaran daripada belajar. Gayanya sudah seperti orang dewasa.

Dalam usia yang masih demikian dini pria dan wanita berpasang-pasangan tentu sangat riskan menimbulkan rangsangan yang akibatnya melahirkan perbuatan maksiat.

Fenomena ini saya pikir sudah sangat marak dalam kehidupan kita. Perbuatan yang mengarah kepada kemaksiatan itu sangat dekat dengan kita.

Masalah ini semestinya menjadi perhatian kita bersama. Orangtua, guru dan mereka yang berkecimpung di kerohanian. Kita memang tidak bisa mengawasi anak sepenuhnya. Namun kita dapat memberikan bekal moral etika untuk menjaga dirinya.

Jadi terasa agak aneh dan lucu melihat kehebohan sebagian golongan orang beragama yang berteriak-teriak gagah tentang kemaksiatan yang akan terjadi dalam penyelenggaraan Miss World di Bali yang paling entah berapa puluh tahun terjadi sekali.

Kalau memang komitmen dan prihatin dengan kemaksiatan dan terjadinya perbuatan merendahkan harkat martabat wanita di negeri ini. Kasusnya sungguh banyak dan sangat genting untuk mendapat perhatian.

Setiap hari eksploitasi tubuh wanita terjadi di depan mata melalui media televisi dan media lainnya. Iklan semen saja harus menyertakan wanita bertubuh sexy. Apalagi iklan rokok.

Nah, coba bayangkan bila anak baru 13 tahun pacaran malam minggu nonton berduaan dan muncul iklan dengan wanita berpakaian sexy atau film yang kebetulan ada adegan romantisnya. Apa sesuatu itu tidak akan terprovokasi untuk segera beraksi?

Ya entahlah. Kalau ditulis iya, nanti dibilang mudah memvonis lagi dan itu kelakuan penulisnya sendiri. Senjata makan tuan jadinya. Ogah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun