Dulu saat usia 13 tahun untuk dekat-dekat atau mau menatap cewek saja, saya masih malu dan takut-takut. Apalagi mau pacaran. Bisa terkencing-kencing barangkali saking gemetarannya.
Ah, itu dulu dan saya dasarnya yang memang pemalu. Hidup ini adalah perubahan. Lain dulu lain sekarang. Setiap jaman akan ada perbedaan. Setuju. Namanya perubahan, sejatinya kan menuju menjadi lebih baik? Tapi ini...? Ini baru dalam hal pacaran. Belum hal yang lain.
Membaca berita di media online atau berita di televisi tentang kecelakaan yang dialami anak musisi Ahmad Dhani, Ahmad Qodir Jailani di Tol Jagorawi Minggu (8/9) dinihari yang menyebabkan 6 orang korban jiwa dan beberapa yang terluka.
Dapatlah diketahui bahwa anak bungsu Ahmad Dhani yang dipanggil Dul itu sebelum terjadi kecelakaan sedang dalam perjalanan pulang ke Jakarta sehabis mengantar pacarnya yang tinggal di Bogor.
Seperti diketahui Dul saat ini baru berumur 13 tahun. Tapi sudah punya pacar dan berani pula mengantar pulang sampai ke Bogor dengan mengendarai mobil yang tentu saja belum melengkapi diri dengan SIM. Sudah umum sebenarnya. Tidak ada yang aneh dan heboh.
Kalau kita mau jujur Dul hanyalah mewakili dinamika kehidupan dan keadaan anak-anak kita saat ini. Pacaran pada usia 13 tahun sudah hal biasa. Bukan di kehidupan nyata saja. Di sinetron pun menjadi cerita.
Saya jadi membayangkan. Masih anak-anak sudah pacaran. Timbul pertanyaan."Ngapain aja sih mereka?"
Ketemu lalu diam-diaman? Lirik-lirik malu-malu dan tersenyum? Lalu selesai dan begitu seterusnya?
Rasanya yang namanya pacaran anak-anak sekarang sulit menahan diri untuk diam-diam seperti jaman dulu saya. Godaannya terlalu banyak. Ditambah semakin berkurangnya rasa malu. Biasanya si tangan akan sangat lincah bergerak mencari sesuatu yang akan menimbulkan sesuatu pula.
Tidak usah jauh-jauh. Dalam cerita-cerita di sinetron pun tidak jarang ada adegan anak-anak sekolah yang lebih asyik pacaran daripada belajar. Gayanya sudah seperti orang dewasa.
Dalam usia yang masih demikian dini pria dan wanita berpasang-pasangan tentu sangat riskan menimbulkan rangsangan yang akibatnya melahirkan perbuatan maksiat.