Sedang asyik duduk di bawah pohon ceri sambil mendengakan lagu-lagu nostalgia, sekelompok karyawan ikut duduk bersama sambil menunggu mobil jemputan datang.
"Permisi, Pak. Ikut numpang duduk ya," sapa salah satunya. Saya cuma tersenyum sebagai tanda menerima kedatangan mereka. Saya tetap konsentrasi dalam semedi. Sesekali balas pesan di aplikasi Whatsapp. Loh, katanya konsentrasi?
Tetapi perhatian saya segera beralih pada topik pembicaraan mereka mengenai gejala sosial yang marak saat ini. Yakni tentang kebutuhan hidup yang berhubungan dengan alat komunikasi dan jejaring sosial.
"Emang Mas sebulan pulsa habis berapa?" tanya yang wanita.
"Paling lima puluh ribu," dijawab sambil asyik mengutak-atik HP.
"Dikit amat sih? Saya aja bisa habis tiga ratusan."
"Oh, itu di luar paket BB."
"Di pabrik aja teman-teman rata-rata di atas seratus loh buat beli pulsa aja!" yang seorang lagi menimpali.
Pembicaraan mulai ramai di antara mereka dengan saling bersahutan. Saya tetap duduk manis menjadi pendengar yang baik. Lumayan bisa buat bahan tulisan.
"Iya sih, sekarang itu kebutuhan pulsa itu sudah seperti beras. Udah kayak kebutuhan utama."
"Padahal dulu gak ada telepon kita tetap hidup aja kok. Sekarang kalau gak ada pulsa hidup jadi bete dan bikin sepi. Punya HP itu udah seperti kebutuhan pokok."
"Yaaa...HP udah jadi barang tentengan kalau ke mana-mana."
"Bukan yang muda aja. Tetangga saya yang nenek-nenek aja pakainya BB. Tiap hari BBM-an terus sampai lupa waktu."
"Iya, nenek saya juga pakai BB biar berasa muda lagi katanya."
"Menurut gua yang pakai BB itu orangnya pada narsis loh. Tiap hari kerjanya bikin status. Narsis banget. Malah udah bikin jadi kafir."
Ups, kok bawa-bawa kafir sih? Apa hubungannya? Jadi takut nih!
"Gimana gak jadi kafir? Orang waktunya makan seharusnya berdoa ini malah narsis sibuk foto makanannya buat di update. Benar-benar kacau deh."
"Baru bangun, ingatnya BBM-an. Mau makan BBM-an, mau tidur masih BBM-an juga. Mau salat aja masih ingat BBM-an."
Eh, jadi ingat, pernah suatu kali saya bercandai teman yang habis salat asyik BBM-an.
"Wah, lagi BBM-an sama Tuhan ya? Laporan kalau udah selesai salat?"
Masih berlanjut. Beralih ke FB yang sudah merajalela dalam kehidupan kita.
"Di FB juga gitu. Tiap hari kerjanya bikin status dan update foto."
"Padahal statusnya cuma itu-itu aja. Lagi bosan; mau bobo, lagi males; mau pergi; abis berantem sama pacar. Ih cuma gitu-gitu aja statusnya.
"Kok gak malu ya nulis status cuma begitu aja?"
"Yang penting kan narsis dan dianggap ada."
"Paling dijawab, suka-suka gua dong. Sirik aja lu!"
Ya sudah, cukup begini menulisnya. Takut dikira sirik nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H