Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajar dari Maaf Presiden SBY

26 Juni 2013   09:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:25 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Seperti biasa. Apapun yang dilakukan pemimpin kita, dalam hal ini Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan selalu mendapat tanggapan miring dan kritikan.

Untuk sebuah kata 'MAAF' saja mendapat kritikan dari rakyatnya. Kalau mau jujur. Meminta maaf itu tidak akan merendahkan diri. Tapi justru menunjukkan kerendahan hati yang akan mendapat apresiasi tinggi.

Presiden SBY meminta maaf ke negeri tetangga, Malaysia dan Singapura terkait asap dari wilayah Indonesia. Dimana asap akibat kebakaran hutan itu sudah sangat mengganggu warga di kedua negara tersebut.

Apapun penyebab kebakaran itu yang pasti sudah merupakan tanggung jawab kita karena terjadi di wilayah Indonesia. Minta maaf dan mohon pengertian kepada kedua negeri tetangga itu adalah merupakan langkah yang baik.

Sejatinya meminta maaf itu bukan masalah benar atau salah. Tetapi adalah untuk menjaga hubungan dalam saling pengertian. Bisa juga untuk menjaga kesalahan sebelum kesalahan itu terjadi.

Selanjutnya apa yang bisa kita pelajari dari acara minta maaf dari presiden kita?

Kalau ditelisik bisa jadi persis dengan keadaan kita. Apanya?

Presiden SBY gagah berani meminta maaf ke rakyat negeri tetangga. Bisa menunjukkan kesantunan berpolitik. Tapi sama rakyat sendiri lupa minta maaf. Bukankah justru rakyat kita yang ada di Riau dan Dumai yang paling parah terkena akibatnya?

Mengapa Presiden SBY tidak begitu prihatin dan menyatakan maaf juga? Biasa. Mentang-mentang orang sendiri. Tidak usah minta pengertian sudah seharusnya mengerti sendiri.

Sama halnya ketika pemerintah harus mengambil langkah menaikkan harga BBM. Tiada satu kata maaf pun terucap untuk menenangkan hati rakyatnya.

Nah, bukankah kita sendiri suka berlaku begitu? Sama orang lain atau royalnya minta maaf. Sebaliknya sama istri atau suami dan anak malah lupa dengan kata maaf itu. Demikian juga sebagai anak seakan minta maaf itu tidak perlu. Basi kalau harus minta maaf.

Sama orang lain hormatnya setengah mati. Tapi sama orang-orang di rumah hormat setengah hati pun belum tentu bisa. Ada yang mau mengaku?

Iya ya, semua melotot dan mungkin salah satunya akan berteriak,"Itu kan kelakuan Anda. Bukan saya!"

Salut atas ketahuannya. Saya kasih nilai seratus. Itu kenyataannya. Karena itulah tulisan ini ada. Menulis 'Belajar dari Maaf Presiden SBY' sebagai pembelajaran.

Jadi maaf dan mohon pengertian saudara-saudara bila tulisan ini mengganggu kenyamanan dan memancing kedongkolan hati. MAAF!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun