Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ceramah Tidak Perlu Diperdengarkan ke Luar Area Masjid

27 Mei 2013   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:56 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami (Dewan Masjid Indonesia) sedang berwacana untuk tidak memperdengarkan ceramah ke luar masjid," kata Wakil Ketua Umum Harian Dewan Masjid Indonesia, KH Masdar Farid Masudi dalam suatu acara Tabligh Akbar di Masjid, Al Ikhlas, Mekarsari, Bekasi Timur, Ahad 26 Mei 2013. |Tempo.co.

"Kalau adzan kan mengajak untuk solat, jadi boleh," lanjutnya. "Masjid ada loudspeaker boleh, tapi hanya untuk di dalam saja. Jangan diperdengarkan di luar. Kan ganggu."

Satu wacana yang baik untuk diterapkan sebagai salah satu jalan terbinanya keharmonisan dalam hubungan beragama.

Dalam hal ini yang diwacanakan untuk tidak diperdengarkan secara luas hingga keluar area masjid adalah ceramah atau tausiyah. Bukan suara adzan.

Untuk suara adzan tentu tidak menjadi masalah. Karena itu merupakan seruan atau mengingatkan umat untuk segera menunaikan kewajibannya.

Yang menjadi masalah dan cukup mengganggu selama ini adalah ceramah-ceramah dari dalam masjid yang kadang disampaikan berapi-api dimana menyinggung agama lain.

Memang tidak setiap masjid ceramahnya demikian. Tapi berdasarkan pengalaman, tidak jarang menemukan isi ceramah yang mengandung SARA terdengar sampai ke mana-mana.

Ini tentu tidak elok dan terkesan arogan sebagai mayoritas. Tidak perlu berasumsi dan beralasan di tempat lain sebagai mayoritas berlakukan demikian.

Bukankah agama mengajarkan umat manusia menuju ke arah kebaikan? Mengapa hal yang tidak baik harus dicontoh?

Sebagai agama yang menjadi rahmat umat manusia di bumi dan menjadi mayoritas. Alangkah indahnya bila selalu dapat melindungi yang minoritas. Menjadi mayoritas yang rendah hati dan mau mengalah.

Bukan mentang-mentang sebagai mayoritas, sehingga mau menang sendiri. Tentu ajarannya tidak demikian, bukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun