Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Belajar dari Kelucuan Farhat Abbas

25 Juni 2013   09:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:28 5514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Farhat Abbas calon presiden yang terkenal dengan sumpah pocongnya berkicau di akun Twitter @farhatabbaslaw: "CJR kalo salah minta maaf aja dan jgn prnh mengulang kesalahan lagi!"

Kicauan tersebut ditujukan ke salah satu personel Coboy Junior, Bastian yang kedapatan mencium mesra pada seorang gadis kecil yang diakui sebagai sepupu. Dimana fotonya beredar luas, maka berkicaulah Farhat Abbas.

Sekilas memang kata-katanya bijak dan pantas diikuti. Kalau salah minta maaf dan jangan mengulangi. Seharusnya begitu.

Tapi rasanya lucu bila mengingat kelakuan Farhat sendiri yang mau minta maaf saja harus dipaksa dan diancam.

Siapa yang tidak kenal Farhat yang pernah berkicau SARA pada Ahok, Wakil Gubernur Jakarta?

Sebagai pengacara Farhat tidak pernah dan perlu merasa bersalah. Kicauannya yang rasis tetap dianggap biasa saja. Merasa sebagai yang paling benar. Kata maaf itu sulit terucapkan.

Namun ketika ada maunya barulah mencoba minta maaf. Apa itu namanya? Sementara ia sendiri berteriak-teriak di Twitter kalau salah harus minta maaf. Lucu memang lucu. Mungkin kita akan tertawa ngakak.

Eits, tunggu dulu. Bukankah kita juga acapkali begitu? Sebelas duabelas kelakuannya. Jeli melihat kesalahan orang lain. Tapi kesalahan sendiri tak merasakan. Persis yang menuliskan ini.

Tadinya mau menulis 'Farhat Abbas yang Lucu' menertawakan kelakuannya yang lucu. Sendiri salah susahnya minta maaf karena merasa selalu benar. Giliran kelakuan orang dianggap salah langsung mengeluarkan fatwa: Kalau salah minta maaf saja dan jangan pernah mengulang lagi!

Tapi tatkala hendak menulis, ada suara halus menyindir,"Bukannya kamu juga begitu?"

Biar tidak terlalu malu dan dianggap arif, maka temanya jadi 'Belajar dari Kelucuan Farhat Abbas'. Padahal dari kata 'kelucuan' tetap saja masih ada unsur menyindirnya.

Ah, masih lebih baiklah daripada mengkritik habis sampai menghujat. Toh, masih ada terselip sedikit keinginan untuk belajar dari Farhat Abbas.

Wah, benar-benar ketularan belajarnya. Jadi pintar ngeles dan membenarkan diri. Ya, ampuuuun.

Ya sudah kalau mau belajar ya belajar saja. Tidak usah pakai acara sindir-sindiran. Malah nanti tidak ada yang bisa kita pelajari.

Sekali lagi kita belajar pelajaran yang sebenarnya sudah basi ini. Tapi tidak ada kebenaran yang basi sebelum kebenaran itu menjadi kebenaran hidup kita.

Pada saat kita melihat kesalahan orang lain, sejenak diam dan berpikir: Jangan-jangan kesalahan itu saya lakukan juga. Daripada menghujat kesalahannya, lebih baik saya berterima kasih telah diingatkan akan kesalahan diri sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun