Adakalanya dalam situasi tertentu kita sulit untuk mengatakan yang sebenarnya. Oleh sebuah niat baik terpaksa kita berbohong demi menolong orang lain. Bukan atas keuntung sendiri.
Bagaimana dengan kebohongan seperti ini? Silahkan nilai sendiri. Bagaimana sikap kita ketika mengalami kejadian ini?
Seorang maling dikejar massa yang siap membunuhnya tanpa diundang masuk ke sebuah rumah. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan si tuan rumah menyembuhkan si maling.
Ketika massa yang mengejar bertanya tentang keberadaan maling itu, ia mengatakan tidak tahu. Setelah situasi aman barulah maling itu diserahkan kepada pihak yang berwajib.
Karena Ibu tahu kondisi ekonomi saya, sering beliau hendak memberikan sejumlah uang bila bertemu. Dalam keadaan demikian, saya terpaksa harus menolak dan mengatakan yang bukan yang sebenarnya. Bahwa saya masih punya uang cukup. Jadi jangan khawatirkan keadaan saya.
Selain tidak ingin menjadi beban bagi Ibu, ada perasaan malu. Bukannya memberi, malah diberi. Ada perasaan bersalah yang berkecamuk, sehingga muncullah kebohongan.
Di lain kesempatan seorang teman teman membeli barang elektronik di sebuah mall. Niatnya ingin membeli televisi seharga tiga jutaan. Untuk nominal kurang lima juta menggunakan kartu kredit cicilannya cuma bisa enam bulan.
Teman ini berinisiatif membeli barang elektronik lainnya, sehingga totalnya mencapai lima jutaan untuk mendapat cicilan 12 bulan. Hal ini disetujui oleh penjaga yang melayani.
Tapi saat hendak melakukan transaksi perbayaran timbul masalah. Manager yang bertugas menegaskan untuk nominal lima juta tidak bisa digabung dari dua atau beberapa item barang.
Lalu manager itu bertanya penjaga mana yang melayani tadi. Karena khawatir penjaga itu akan kena marah atau sanksi, teman ini beralasan tidak ingat lagi. Padahal penjaga itu ada di depan mata dan hanya bisa diam. Teman ini kemudian berkilah, mungkin ia tadi salah dengar penjelasannya.
Singa si raja hutan mencari alasan untuk menyantap rubah yang sudah setia menemani selama ini. Dicarilah cara untuk menjebaknya.
Singa bertanya,"Rubah, apa pendapatmu tentang aroma badanku?"
Rubah mengetahui siasat singa. Seumpama ia jujur mengatakan aroma badan singa bau, maka ia bisa dianggap telah menghina si raja hutan.
Tapi kalau rubah mengatakan tidak tahu, maka ia bisa dianggap berbohong. Akhirnya rubah harus mengatakan yang bukan sebenarnya,"Tuanku, saya tidak bisa mengatakan apa-apa karena sedang pilek, sehingga tidak bisa mencium bau apa-apa."
Selamatlah si rubah menjadi santapan si raja hutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H