Sebuah niat baik, belum tentu akan disikapi baik. Bisa saja berbalik menjadi caci dan hujatan.
Mengingat kembali kejadian beberapa waktu yang lalu. Ketika itu baru aktif-aktifnya menulis. Namun harus dihantam 'kasus copas'.
Melalui sebuah tulisan, seorang kompasianer menjatuhkan vonis bahwa saya adalah seorang plagiator. Karena di dalam tulisan saya ada yang hasil copas.
Dimana saya menulis tentang definisi kafir dengan keterangan bersumber dari teman. Tetapi ternyata definisi itu ditemukan oleh kompasianer yang menulis ada disebuah situs.
Ramailah Kompasiana. Sebab saat itu saya sedang naik daun sebagai kompasianer teraktif.
Komentar-komentar bernada menghujat dan menghakimi berdatangan. Mencibir dan menertawakan. Seakan saya seorang penjahat yang harus dihabisi. Bayangkan bila para sahabat yang mengalami!
Atas kejadian itu bahkan saya dituduh bahwa semua tulisan saya pasti hasil copas. Mereka yang saya anggap teman pun tak kalah garang mencibir.
Namun karena saya yakin dengan apa yang saya lakukan tidak seratus persen salah. Saya menguatkan diri untuk terus melangkah dan menantang para penghujat itu.
Saya buktikan dengan terus menulis dan menulis. Bahwa saya bukan seperti apa yang mereka katakan.
Saya berpikir, andaikan saat itu saya sakit hati dan 'mati' oleh penghakiman mereka yang bukan hakim. Hari ini tidak akan lahir ribuan tulisan yang bermakna bagi kehidupan saya dan bermanfaat bagi sebagian orang.
Hari ini, saya menemukan lagi kasus hoax yang dialami seorang sahabat berkenaan dengan tulisannya. Dimana kasus ini dijadikan sebuah tulisan oleh seorang kompasianer.
Benarkah hoax? Saya beberapa kali klarifikasi dan meyakinkan. Penulisnya tetap berpendirian itu bukan hoax. Tapi kejadian nyata.
Tetapi seperti yang saya alami, dari tulisan tersebut telah muncul komentar-komentar nan pedas dan menghakimi yang memuat si tertuduh shok.
Di antara yang komentar menekankan untuk menjadi pembaca yang cerdas dan kritis. Sayangnya dalam berkomentar hal itu tidak ditunjukan oleh beberapa kompasianer.
Adapun soal reportase yang dimasalahkan. Dimana dituntut tulisan yang memenuhi kaidah 5W+1H di sini ada ketidak-cerdasan.
Tentu saja tulisan yang dimaksud adalah bukan reportase. Selain ketidak-tahuan penulisan dan masalah teknis.
Coba perhatian tulisan-tulisan di Kompasiana. Tidak sedikit jenis tulisan humor pun bisa berada di kolom reportase.
Saya sendiri beberapa kali pernah mengalami, tulisan sudah saya klik masuk kolom opini, tahu-tahu berganti jadi reportase.
Berdasarkan pengalaman sendiri dan yang dialami beberapa rekan, saya berpendapat kompasiana bukanlah tempat yang ramah.
Ketika kita sedikit saja melakukan kesalahan _tepatnya dianggap salah_ maka bersiap-siaplah dihujani hujatan yang menyakitkan. Seakan kita ini pendosa.
Mungkin ada yang berargumen, kalau tidak siap mental ya jangan menulis di Kompasiana.
Begitukah budaya di Kompasiana?
Bahwa ketika ada yang salah dalam hal menulis wajib dihakimi. Mengerikan!
Ingatlah bahwa di Kompasiana bukan hanya kita yang siap mental dan bermuka badak. Tetapi tidak sedikit penulis-penulis berbakat yang baru melangkah dan bertumbuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI