Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tanya yang Tidak Butuh Jawab

20 Desember 2012   00:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:20 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berapa usiamu, sahabat?
Berapa musim yang silih berganti telah engkau lalui?

Pernahkah engkau menimbang-nimbang perjalanan hidupmu? Menghitung setiap jejak langkah hidupmu.

Tanyakan sejujurnya dan ingat-ingat. Lebih banyak kesalahan atau kebaikan yang telah engkau lakukan selama ini?

Lebih banyak mengingat Tuhan atau mengabaikan-Nya? Lebih sibuk dalam keduniawian atau kerohanian?

Sahabatku.
Ingat-ingat. Berapa banyak nikmat yang bisa engkau syukuri tapi berlalu begitu saja? Berapa banyak keluh-kesah yang ada?

Apabila satu tarikan nafas bernilai satu nikmat. Berapa kali seharusnya engkau mengucap syukur? Apakah masih pantas mengeluh?

Sebagai anak. Apakah sudah berbakti pada orang tua yang bersusah payah melahirkan dan menafkahi?

Bila engkau hendak menghitung, maka akan sulit bisa membalas semua kebajikan orang tua. Berbakti pada orang tua adalah kewajiban dan kehendak Tuhan.

Bagaimana terhadap keluarga? Keluarga adalah surga kecil di dunia. Sudahkah engkau menciptakan surga itu? Mencintai dan menjaga serta memperhatikan mereka?
Itulah berkah terindah.

Dalam pergaulan dengan teman. Apakah engkau ada menjaga kesetia-kawanan? Apakah engkau hanya mencari keuntungan dan tidak mau dirugikan? Setia kawan pada hal yang baik. Bukan setia pada kesalahan. Ketika teman salah, mau mengingatkan. Pada saat teman melakukan hal baik memberi dukungan. Itulah setia kawan.

Tentang menulis, sahabat. Apakah engkau sudah benar-benar menulis? Menulis yang sia-sia atau yang bermakna?

Apakah menulis sekadar mengungkapkan perasaan dan emosi atau yang memberi arti? Menulis akan meninggalkan jejak yang akan menjadi abadi. Baik atau buruk akan ada sampai nanti.

Sahabatku...
Usia semakin bertambah. Kesempatan hidup semakin berkurang. Apakah engaku menyadari? Karena pada saatnya tiba menengok ke belakang diiringi sesal pun tiada guna.

Semoga masih ada kelembutan hati dan kesadaran yang memayungi, sahabatku!
Sejenak bersama Sang Guru di Puncak Kesunyian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun