Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Omong Kosong Tentang Tidak Apa-apa

30 November 2012   15:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:25 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karena meremehkan sesuatu hal dan berpikir tidak apa-apa, maka terciptalah kesalahan yang besar. Sebab menganggap suatu perbuatan yang salah tidak apa-apa, maka lahirlah dosa-dosa. Tapi tahukah kita, bahwa akibat tidak apa-apa menyebabkan kesalahan dan dosa menumpuk?

Ketika anak-anak kita yang masih polos melakukan kesalahan, dengan tersenyum kita berkata,"Tidak apa-apa!"

Kita memaklumi bahwa mereka masih anak-anak. Tidak apa-apa berbuat salah. Mereka belum mengerti apa-apa.

Lain waktu berbuat salah lagi, tetap kita katakan,"Tidak apa-apa."

Apakah memang tidak apa-apa? Ya, anak-anak akan merekam semua itu di alam bawah sadarnya, bahwa berbuat salah itu tidak apa-apa.

Karena itu kalimat yang pertama yang mereka dengar, maka pasti sangat berkesan sekali. Akibat sering dianggap tidak apa-apa. Akhirnya menjadi kebiasaan.

Padahal justru ketika masih anak-anak, sebagai orang tua kita sudah mesti mengajarkan kepada mereka tentang mana yang salah dan mana yang benar.

Jadi kalimat 'tidak apa-apa' adalah omong kosong. Bukan kebenaran. Tanpa sadar kita telah menjerumuskan mereka dalam kesalahan.

Lihatlah hari-hari ini manusia demikian biasanya berbuat kesalahan dan begitu mudahnya melakukan dosa.

Awalnya hanya karena 'tidak apa-apa'. Banyak contohnya:

# Tidak apa-apa korupsi, toh orang lain juga melakukan.

# Cuma sekali ini berbohong, tidak apa-apa.

# Tidak apa-apa berbuat dosa, Tuhan Maha Pengampun.

# Tidak apa-apa, kalau sama-sama cinta melakukan perbuatan 'itu'.

# Sesekali berbuat salah itu, tidak apa-apa.

# Tidak apa-apa kalau mencoba sesekali narkoba.

Entah berapa banyak lagi omong kosong tentang tidak apa-apa itu.

Tidak apa-apa. Sungguh kalimat yang sangat menghipnotis. Membuat kita terlena. Bahwa berbuat salah itu tidak apa-apa. Melakukan dosa itu tidak apa-apa.

Ketika kita menyadari bahwa 'tidak apa-apa' itu adalah omong kosong untuk menjebak kita hidup dalam kebenaran. Sudah hampir terlambat.

Sebab berbuat salah dan dosa itu sudah menjadi santapan sehari-hari. Rasanya sudah sulit untuk ditinggalkan.

Jadi jangan heran bisa seseorang mau berubah menjadi baik dengan meninggalkan kesalahan dan dosanya sangat sulit sekali. Padahal awalnya hanya karena bisikan kata-kata,"Tidak apa-apa!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun