Bagi anggota DPR sepertinya studi banding atau kunjungan kerja ke luar negeri lebih penting daripada memperjuangkan pemberantasan korupsi.
Apa tidak salah?
Hal ini bisa dilihat alokasi anggaran kunjungan kerja yang dilaporkan Tempo.co berdasarkan catatan Forum Indonesia untuk Transparansi (Fitra).
Tercatat anggaran kunker ke luar negeri anggota DPR tahun 2012 jauh lebih besar dibanding anggaran untuk pemberantasan korupsi.
Perbandingannya adalah Rp 141 miliar untuk kunker dan pemberantasan korupsi hanya Rp 21 miliar.
Ya ampun, 7 kali lipat. Bayangkan sauadara-saudara! Padahal sudah bukan rahasia lagi kebanyakan kunjungan kerja tidak efesien. Lebih kepada acara jalan-jalan.
Lucunya, hanya untuk menentukan logo PMI saja anggota dewan harus sampai pergi ke Turki. Atau tentang kepramukaan harus ke Afrika Selatan.
Yang lebih lucu dan membodohi adalah kunker anggota DPR kali ini untuk studi banding RUU Keinsinyuran ke Jerman yang salah alamat.
"Pertemuan Deutsches Institut fur Normung (DIN)bisa dibilang salah alamat karena DIN itu lembaga
yang untuk standardisasi 'produk' bukan profesi
seperti yang menjadi agenda utama anggota DPR," kata Ketua PPI Berlin, Yoga Kartiko dalam siaran
pers, Kamis (22/11/2012) yang dikutip Detik.com.
Maunya studi banding soal keinsinyuran, malah perginya ke tempat yang tidak ada urusan soal keinsinyuran. Sudah tahu tidak bisa bahasa Inggris, tidak bawa penerjemah lagi. Pertanyaannya pun _maaf_ kampungan. Bikin yang ditanya bingung.
Ya ampun, pergi jauh-jauh menghabiskan uang miliaran hanya untuk bertanya yang bikin dahi berkerut yang ditanya.
Ini studi banding atau main-main sambil mempertunjukan kebodohan anggota dewan terhormat yang katanya pintar?
Kalau yang menulis sih tidak usah ditanya memang tak pintar, makanya tidak bisa jadi anggota dewan he he he....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H