Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kopdaran dan Kebenaran

3 Oktober 2012   13:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:18 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi kita seringkali hanya berdasarkan semua itu kita menyimpulkan demikian kebenarannya. Lalu kita mengambil keputusan.

Padahal kita tahu, mata, telinga, pikiran, dan perasaan sering menipu kita. Mencuri hati kebenaran sejati kita.

Seorang karyawan yang rajin bekerja sepanjang waktu. Hari itu karena kondisinya kurang sehat, sehingga beristirahat sejenak.

Apes baginya, hari itu boss besar datang dan melihat kejadian tersebut. Diam-diam ia menilai tanpa berkomentar.

"Ehm, saya databg aja kamu malas-malasan ya. Apalagi kalau gak ada saya?"

Di antara ratusan karyawan, hanya nama dan wajahnya yang begitu diingat si boss.

Ketika hendak dipromosikan, boss selalu menolak karena ia percaya dengan kebenaran yang ia saksikan sendiri daripada masukan atasan karyawan tersebut yang menikainya rajin.

Disinikah akal sehat dan kearifan diperlukan untuk mengambil kesimpulan secara benar. Tidak sekadar dengan melihat, mendengar, berpikir. Apalagi hanya berdasarkan perasaan dan emosi.

Terakhir, dalam tulisan ini ada kebenaran yang belum terungkap. Siapakah gerangan kompasianer tersebut? Pasti para sahabat menduga-duga dan berpikir.

Jadi? Lebih baik baik jangan berprasangka dan berpikir tentang hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun