Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Saya Tidak Anti Menjelekkan Orang Lain, Tapi Paling Anti Menjelekkan Agama Lain

11 Agustus 2012   06:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak anti berbicara tentang kejelekan perilaku seseorang. Begitu juga saya benci perilaku umat beragama yang secara tidak langsung menjelekkan agamanya sendiri. Tetapi saya paling anti untuk menjelekkan agama apapun.
Sebagai seorang manusia yang sedang berproses dan sedang dalam meniti diri menjadi lebih baik. Tentu saya memiliki begitu banyak kekurangan. Kalau dituliskan saya yakin bisa menjadi satu buku pun tidak akan selesai.

Salah satunya adalah penyakit kronis membicarakan keburukan orang lain. Saya katakan kronis. Karena begitu sulit dihilangkan.

Saya tahu itu tidak baik. Itulah sebabnya seringkali sudah bertobat. Tapi belum bisa lepas-lepas juga kebiasaan buruk ini dan menjadi cita-cita saya untuk mengubahnya.

Begitu juga saya masih suka "benci" terhadap umat beragama yang melalui perilakunya seakan-akan mencerminkan keburukan agamanya.

Saya merasa tidak tega, karena percaya setiap ajaran agama itu baik, justru diperburuk oleh umatnya sendiri.

Jelek-jelek begini. Maksud saya perilaku ini. Saya paling anti menjelekkan agama lain yang dipeluk teman atau saudara.

Pernah satu kali saya kedatangan seorang pemuka agama di rumah. Katanya untuk bertukar pikiran. Tentu saya terima dengan senang hati.

Namun sebelumnya saya ingatkah. Kalau saya paling tidak suka berbicara yang menjelekkan agama orang lain.

Dulu ketika masih dalam masih kegelapan hati, saya benci dengan agama lain. Saya berani menjelekkan agama tertentu.

Kini setelah Sang Guru mengajarkan kepada saya bahwa semua agama itu adanya. Terbukalah pikiran dan hati ini.

Karenanya saya pun "benci" sekali bila ada yang berbicara atau berceramah menjelek-jelekkan agama lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun