"Muslim yang baik harus memuliakan tempat ibadah agama lain!" demikian yang pernah dikatakan Sultan Saladin dari Mesir.
Siapa yang tidak kenal Sultan Saladin yang legendaris itu?
Sultan Saladin atau Salahuddin Al Ayubi (1137 - 4 Maret 1193) adalah seorang jendral dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini), Beliau adalah pendiri Dinasti Ayyubiyyah di Mesir dan Suriah.
Sultan Saladin adalah tokoh kunci pada Perang salib III (1188-92). Perang salib III adalah yang paling legendaris. Karena adanya pertarungan sengit antara Raja Richard versus Sultan Saladin yang berakhir saling berjabat tangan.
Saladin, King of Egypt atau Saladin Sang Raja Mesir terkenal karena hati yang mengampuni. Tercatat dalam buku-buku sejarah betapa mulianya Sultan Saladin. Ketika pasukan Salib menyembelih semua Muslimin yang ditemui saat mereka menaklukkan Jerusalem.
Sebaliknya Sultan Saladin memberikan amnesti dan kebebasan bagi kaum Katolik Roma begitu ia menaklukkan Jerusalem.
Kembali kepada perkataan Sultan Saladin. Memuliakan tempat ibadah agama lain bagi orang muslim yang baik.
Tentu saja sebuah ajaran yang sangat mulia. Karena Sultan Saladin dalam berperang pun prinsipnya selalu meminimalisasi korban dan kerusakan.
Inilah contoh pemimpin yang dihormati kawan dan disegani lawan. Kebaikan dan kearifannya benar-benar mencapai tingkat tertinggi.
Sultan Saladin sepantasnya menjadi teladan bagi setiap orang yang ingin menjadi pemimpin.
Karena keteladanan dan sifat ksatrianya. Lebih mengutamakan keselamatan rakyat dan sangat menghormati pemeluk agama lain.
Sultan Saladin juga merupakan contoh tokoh toleransi. Alih-alih menyerukan pengrusakan atau membumi hanguskan tempat ibadah agama lain. Beliau justru menyerukan untuk memuliakannya.
Itulah bukti kesucian dan kemuliaan hati seorang Sultan Saladin.
Bukti nyatanya bagaimana Sultan Saladin mengampuni dan membebaskan pasukan Salib yang sudah mengalami kekalahan.
Apalagi Sultan Saladin mengikuti kebencian dan nafsunya, maka pasti memiliki pembenaran untuk membantai pasukan musuh.
Karena akan berpikir,"Toh, mereka juga melakukan hal yang sama. Jadi tidak salah, saya melakukan hal demikian."
Itulah manusia sekarang model kita yang hidup dalam pembenaran. Membalas kebencian dengan kebencian. Kesalahan dengan kesalahan, sehingga lupa ajaran dan teladan Para Nabi.
Intinya. Bilamana ingin menjadi mulia, muliakanlah orang lain. Sekali pun itu adalah musuhmu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI