Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Adakalanya Kita Perlu Ditampar untuk Sadar

20 Juni 2012   01:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:46 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan ini. Adakalanya kita perlu sebuah tamparan. Baik secara fisik, amarah, atau kritikan untuk disadarkan dari kesalahan.

Adakalanya dengan kata-kata lembut atau nasehat tidak cukup untuk menyentuh hati dan menggetarkan jiwa kesadaran kita yang tertidur.

Dalam perjalanan hidup. Saya yakin di antara kita pernah mengalami secara nyata. Bahwa sebuah tamparan atau amarah dapat membuat seseorang terdiam dan tertunduk untuk menyadari kesalahan yang sebelumnya tidak disadari.

Jadi tindakan keras atau amarah tidak selamanya bernilai negatif. Seperti sering kita dengar atau kita yang mengatakan sendiri. Bahwa Tuhan adakalanya meminjam bencana dan penderitaan untuk menyadarkan manusia dari kekhilafannya.

Bahkan seseorang yang mengerti dengan kesalahan yang dilakukan. Rela untuk menampar dirinya sendiri agar tersadarkan.

Tentu semua ini akan bermanfaat selama kita masih memiliki kelembaban hati untuk menyadari kesalahan yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun