Ketika sebuah omongan atau nasehat sudah tidak mempan lagi, maka sebuah tamparan pada saat yang tepat dapat mendatangkan kesadaran.
Pada saat seseorang dalam keadaan kacau, lupa diri atau sedang mabuk. Sebuah tamparan dibutuhkan untuk menyadarkannya.
Dalam acara "Hitam Putih" di Trans7 yang dipandu Deddy Corbuzier. Di akhir acara ia menutup dengan sebuah kisah:
Seseorang yang sedang mengendarai mobilnya tiba-tiba terkejut dengan lemparan batu yang hampir memecahkan kaca mobil.
Si pengendara terkejut dan marah. Bergegas berhenti mencari pelempar batu tersebut.
Ditemuinya seorang anak tanggung yang masih menggenggam batu. Tidak salah lagi. Pasti itu pelakunya.
Dengan marah si pengendara menanyakan alasan mengapa anak tersebut melempari mobilnya.
Anak itu bercerita. Bahwa ia terpaksa melemparkan batu untuk menghentikan kendaraan yang lewat.
Karena ketika mencoba menghentikan dengan lambaian tangan. Tidak ada yang peduli sama sekali. Sementara ia sangat membutuhkan pertolongan untuk membawa adiknya yang sedang sekarat ke Rumah Sakit.
Seketika pengendara itu sadar saat melihat ada seseorang yang sedang tergeletak di pinggir jalan.
Tanpa banyak bicara dan melupakan amarahnya. Si pengendara segera membawa anak yang sedang sekarat itu ke Rumah Sakit terdekat. Akhirnya anak tersebut tertolong. Selamat!
Dalam kehidupan ini. Adakalanya kita perlu sebuah tamparan. Baik secara fisik, amarah, atau kritikan untuk disadarkan dari kesalahan.
Adakalanya dengan kata-kata lembut atau nasehat tidak cukup untuk menyentuh hati dan menggetarkan jiwa kesadaran kita yang tertidur.
Dalam perjalanan hidup. Saya yakin di antara kita pernah mengalami secara nyata. Bahwa sebuah tamparan atau amarah dapat membuat seseorang terdiam dan tertunduk untuk menyadari kesalahan yang sebelumnya tidak disadari.
Jadi tindakan keras atau amarah tidak selamanya bernilai negatif. Seperti sering kita dengar atau kita yang mengatakan sendiri. Bahwa Tuhan adakalanya meminjam bencana dan penderitaan untuk menyadarkan manusia dari kekhilafannya.
Bahkan seseorang yang mengerti dengan kesalahan yang dilakukan. Rela untuk menampar dirinya sendiri agar tersadarkan.
Tentu semua ini akan bermanfaat selama kita masih memiliki kelembaban hati untuk menyadari kesalahan yang terjadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H