Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Roy Suryo: Foto-foto Korban Sukhoi Ada yang Palsu!

12 Mei 2012   04:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:24 4613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_187732" align="alignnone" width="450" caption="Roy Suryo//kapanlagi.com"][/caption]

Roy Suryo, Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Demokrat yang juga dikenal sebagai pakar telematika, menyatakan, bahwa foto-foto korban pesawat Sukhoi Superjet 100 yang beredar sebagian palsu.

Bukan hany ada yang palsu. Bahkan ada foto korban yang dijadikan lelucon.

Itulah sebabnya Roy menghimbau, agar foto-foto yang berhubungan dengan korban Sukhoi tidak diedarkan.

Menurut Roy yang memberikan keterangan di sekitar landasan Bandara Halim Perdanakusuma, Sabtu pagi, 12 Mei 2012. Mengedarkan foto korban selain tidak etis, adalah untuk menjaga perasaan keluarga korban.

Tetapi sepertinya kebebasan masyarakat sudah kebablasan. Entah apa tujuannya, sehingga seakan berlomba-lomba mengedarkan foto-foto korban Sukhoi.

Bahkan menggunakan foto palsu. Seakan-akan foto yang ada adalah asli korban Sukhoi.

Sekali lagi entah apa tujuannya. Tapi yang jelas apa yang dilakukan tak lebih untuk mengumbar kebebasan dan keegoisan.

Seringkali kita lupa atau memang tidak peduli. Atas nama kebebasan kita melanggar kebebasan orang lain.

Atas kebebasan kita untuk mendapatkan kesenangan. Kita melanggar kebebasan orang lain merasakan kesedihan.

Atas nama kebebasan dan keegoisan, kita mematikan perasaan dan empati kepada orang-orang yang sedang mengalami duka cita.

Kebebasan dan keegoisan yang kita lakukan seringkali mengatasnamakan pembenaran. Tetapi melupakan kebenaran.

Seringkali kita beralasan,"Apa salahnya?" atau "Ini hak saya kok mau melakukan apa saja. Suka-suka!"

Bila hal ini sudah menyusup ke dalam diri kita. Boleh sejenak kita melembutkan hati dan merenungkan. Cari keberadaan nurani untuk bertanya.

Masihkah tersisa empati, merasakan kedukaan orang lain? Adakah kearifan untuk membedakan yang boleh dan tidak patut dilakukan? Akhirnya, terucap salam belasungkawa atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Teriring doa. Semoga Tuhan menguatkan.

#
Tulisan berdasarkan sumber bacaan di Tempo.Co

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun