Si Kutet euforia seakan sudah jadi penulis terkenal saja.
Tapi apa selanjutnya yang terjadi? Lambat laun tulisannya mulai sepi dikunjungi. Tidak ada lagi tulisannya yang dilirik Admin untuk nangkring di HL dan Terekomendasi.
Kalau pun ada tulisan yang heboh dan mengundang banyak pembaca. Admin sudah cuek bebek untuk menangkringkan tulisan Si Kutet di Terekomendasi.
Terang saja Si Kutet uring-uringan. Sudah menulis bagus-bagus kok tidak masuk HL? Tulisan yang ecek-ecek saja banyak yang masuk HL.
Giliran tulisannya sudah diklik lima ratusan tetap saja tidak masuk Terekomendasi. Malahan tulisan yang cuma dibaca ratusan bisa nangkring di Terekomendasi. Ada apa nih?
Si Kutet mulai miring pikirannya. Menuduh Admin pilih kasih. Mentang-mentang dirinya tidak suka kopdar. Tidak kenal Admin. Bukan orang terkenal. Bukan saudaranya boss Kompas Group.
Masih banyak tanya di hati. "Kenapa? Ada apa? Kok gue rajin-rajin nulis kagak diperhatiin? Kok kalau si itu nulis apa aja bisa HL dan Terekomendasi? Nulis reportase kucing ketabrak aja bisa HL?"
Karena kebanyakan pertanyaannya dan Si Kutet bingung mau menjawabnya. Hari-hari belakangan Si Kutet dilanda frustasi berat.
Ngambek ceritanya. Mulai ogah menulis lagi. Waktunya lebih banyak dihabiskan untuk bertanya.
Saking kesalnya. Si Kutet mulai menghapus tulisannya satu per satu. Ceritanya Si Kutet berniat bunuh diri dari dunia tulis-menulis. Kecewa berat sampai ke dasar hati.
Dengan perasaan galau Si Kutet memposting sebuah tulisan yang berisi keinginannya pamit dari Kompasiana. Tidak akan menulis lagi di Kompasiana. Walau dalam hati kecilnya masih berharap ada yang menaruh simpati.