Ada kompasianer yang bunuh diri? Jangan bikin sensasi ah! Masa' sih tragis begitu?
Ya, makanya jangan heboh dulu. Mari kita menuju TKP.
Musik mengalunkan riang. Tapi entah siapa penyanyinya. Pokoknya asyik di telinga.
Di ruang yang berukuran standar kamar kost duduk seorang pria muda antusias mengetik. Rupanya ia sedang menulis.
Di layar laptopnya terbaca nama sebuah situs "Kompasiana. Sharing. Connecting".
Begitulah keseharian pria tersebut. Namanya sebut saja Kutet. Seorang yang hobi menulis. Entah apa statusnya. Tidak jelas.
Sejak berkenalan dan menulis di Kompasiana. Semangatnya menggebu. Luar biasa. Sampai lupa makan lupa tidur. Lupa istri juga. Kalau lupa yang satu ini jelas. Karena memang belum beristri.
Si Kutet getol banget menulis. Seperti minum obat saja. Rutin setiap hari menulis. Tepatnya setiap jam.
Si Katedrarajasenewen, kompasianer yang sok bijak yang getol menulis pun lewat. Bablas angin ne. Si Kutet seperti tidak punya kerjaan. Tidak kehabisan ide. Tulisan apa saja dilalapnya.
Awalnya postingan-postingan Si Kutet laris manis. Acapkali tulisannya bertengger di HL dan dipajang Terekomendasi.
Pujian datang bertubi-tubi membuat Si Kutet senyum-senyum sendiri saban hari. Diam-diam Si Kutet mulai membangga-banggakan diri dan pamer pencapaian sebagai penulis mumpuni.