Sebenarnya bukan lagi hanya membosankan mengikuti keadaan ini. Tapi sudah menjijikkan dan memuakkan. Ini kondisi yang saya rasakan. Entahlah bagi yang lain.
Berperang opini dan mati-matian membela tim kesayangan sah-sah saja. Namun herannya sampai ada yang mati perasaan demi membela tim kesayangannya.
Pasti ada yang beranggapan saya termasuk pasukan berani mati yang selalu mati-matian membela Los Cules.
Terus terang sebagai penggemar sepakbolanya sejak jaman sekolah dasar sampai sekarang.
Beberapa klub pernah menjadi tim kesayangan saya. Ada Liverpool waktu jamannya John Barnes dan Ian Rush. AC Milan ketika masih diperkuat trio Belanda; Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit.
Kemudian ada Arsenal, Borussia Dortmund, Parma, dan Chelsea. Namun hanya Barca yang tetap menjadi favorit sampai sekarang.
Sebagai fans Barca, saat menonton secara langsung di televisi adakalanya pun merasa risih. Bila ada pemainnya yang melakukan diving atau mendapat keuntungan dari wasit.
Padahal sebenarnya hal ini bisa terjadi pada klub manapun termasuk Real Madrid.
Sampai kemudian saya merasa bosan juga membela Barca ha ha ha ... Lagian siapa yang minta dibela? Kegeeran!
Pada puncaknya suasana bosan itu semakin kentara ketika ditahan imbang Chelsea dalam lagi semifinal Liga Champions di Camp Nou, Rabu (25/4) dinihari WIB.
Selain bosan karena para pemain Barca tidak juga mencetak gol tambahan setelah dua gol. Saya merasakan gaya tiki-taka bikin bosan.