Mohon tunggu...
Katedrarajawen
Katedrarajawen Mohon Tunggu... Penulis - Anak Kehidupan

Merindukan Pencerahan Hidup Melalui Dalam Keheningan Menulis. ________________________ Saat berkarya, kau adalah seruling yang melalui hatinya bisikan waktu terjelma menjadi musik ... dan berkarya dengan cinta kasih: apakah itu? Itu adalah menenun kain dengan benang yang berasal dari hatimu, bahkan seperti buah hatimu yang akan memakai kain itu [Kahlil Gibran, Sang Nabi]

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Wartawan Kompas "Menewaskan" Fabrice Muamba

17 April 2012   06:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sempat kaget dan bertanya-tanya membaca tulisan rekan kompasianer Free Idea "Muamba Tewas di Harian Kompas". Kok bisa? Padahal paginya baru membaca kalau Muamba sudah keluar dari Rumah Sakit.

Setelah membaca lengkap tulisan tersebut baru saya ngeh. Ternyata Muamba tidak tewas benaran. Tapi "ditewaskan" oleh wartawan Harian Kompas cetak yang sedang keseleo tangan.

Pada kolom olahraga, Kompas cetak edisi Senin, 16/4 dengan judul "Liga
Italia, Kematian Morosini Batalkan Laga"

Dimana saya sempat baca judulnya saat membuka koran Kompas pada sore hari.
Cuma tidak sempat membaca isi beritanya.

Ternyata kematian Morosini, gelandang Livorno yang dipinjam dari Udinese di atas lapangan dihubungkan dengan kejadian yang dialami Muamba. Celakanya sang wartawan mengingat kalau Muamba tewas pada momen tersebut. Padahal cuma kolaps.

Seperti kita ketahui, pada pertandingan perempatfinal Piala FA di While Hart Lane, 17 Maret 2012 antara Tottenham Hotspur kontra Bolton Wanderers. Tiba-tiba Muamba kolaps di lapangan dan dilarikan ke Rumah Sakit. Kemudian kondisi membaik.

Ternyata bukan hanya lidah saja yang bisa keseleo kalau bicara. Tangan pun bisa keseleo dalam menulis.

Benarlah bahwa pena pun bisa setajam pedang yang dapat membunuh siapa saja. Terbukti Muamba yang sudah sehat tiba-tiba bisa dibikin tewas oleh wartawan Kompas.

Di dalam menulis memang kehati-hatian sangat penting. Karena apa yang kita tulis bisa saja membuat orang lain saling membunuh.

Membunuh dalam hal ini bisa dalam arti membunuh perasaan atau karakter seseorang dengan kata-kata. Betapa tajamnya kata-kata. Sungguh berbahaya bila tidak digunakan dengan bijaksana.

Koran Kompas yang terpercaya yang selalu menggunakan nurani pun tanpa sadar bisa menewaskan seorang pemain bola yang masih sehat.

Sudah wartawannya keseleo tangan, eh editornya keseleo mata, sehingga berita yang salah bisa lolos cetak.

Entahlah, apakah wartawan yang menulis beritanya sudah menyadari kelalaiannya atau tak tahu sama sekali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun